"Sudah sekitar 20 tahun ayah bekerja di Kementerian Agama."
Cirebon (ANTARA News) - Khatib shalat Jumat, Ustad Abas Sudinta, yang menjadi korban ledakan bom bunuh diri di Masjid Markas Kepolisian Resort Kota (Mapolresta) Cirebon, Jawa Barat, sempat mengangkat materi tentang Briptu Norman Kamaru, anggota Polres Gorontalo yang mendadak terkenal dan memikat banyak orang.

"Ayah menceritakan dalam ceramahnya itu menjelaskan kalau seseorang mau bersungguh-sungguh untuk mendapatkan sesuatu yang baik maka Allah akan membantu usaha hambanya itu, seperti yang terjadi pada Briptu Norman," kata Ari Lukman (18), putra Abas Sudinta, yang ditemui wartawan di ruang perawatan Rumah Sakit (RS) Pelabuhan Cirebon, Sabtu.

Ia mengetahui isi ceramah setelah sang ayah menceritakan kepadanya tentang isi khutbah sebelum ledakan bom bunuh diri itu.

"Saat itu saya sempat mendengar di televisi ada berita bom, tetapi diinformasikan Masjid Ataqwa, sehingga saya tetap santai karena tahu ayah saya berceramah di Masjid Mapolresta Cirebon," kata Ari, yang sudah kuliah di IAIN Sunan Gunung Jati Cirebon.

Ia juga belum sadar saat sang ibu memberitahu bahwa ayahnya berada di RS Pelabuhan karena menduga hanya menjadi korban kecelakaan, namun saat dalam perjalanan ke rumah sakit dia menerima layanan pean singkat (short message service/SMS) kawannya yang memberitahu jika bom telah meledak di Mesjid Mapolresta Cirebon.

"Saya sempat panik menduga-duga apa yang terjadi. Tetapi, saya bersyukur ayah tidak terlalu parah walaupun ada tiga luka di kepala, lengan dan bahu," katanya, sambil menunggu sang ayah di ruang perawatan Kemudi RS Pelabuhan, saat sang ayah menjalani operasi di RS Waled sekitar 20 kilometer dari Cirebon.

Ia menjelaskan, ayahnya merupakan pegawai Kementerian Agama Kota Cirebon yang selalu mendapat giliran khutbah di sejumlah Mesjid dan biasanya tugasnya di mesjid yang berada di lingkungan Kodim, Polresta dan Arhanudse.

"Sudah sekitar 20 tahun ayah bekerja di Kementerian Agama," katanya yang tinggal di Griya Lobunta Cirebon.

Abas menjalani operasi di RS Waled karena menurut Kepala Pelayanan Pelanggan dan Pemasaran RS Pelabuhan Cirebon Yeni Rahmawati SE, korban masih mempunyai serpihan di punggung yang lokasinya selalu berpindah-pindah.

"Di Rumah Sakit Waled, ada alat yang bisa memindai secara tepat sehingga membantu upaya mengangkat serpihan itu," katanya.

Ledakan bom bunuh diri mengguncang Kota Cirebon, tepat di dalam Mesjid Ad Dzikro Mapolresta Cirebon, Jumat (15/4) yang menyebabkan pelaku pengebomam tewas dan 30 jemaah Jumat luka-luka, terdiri atas 24 luka ringan dan enam orang luka berat. Kapolresta Cirebon AKBP Herukoco serta sejumlah perwira turut menjadi korban ledakan itu. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011