Bandung (ANTARA News) - Pemerintah memperkirakan realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia selama kuartal I 2011 mencapai kisaran 6,4 hingga 6,5 persen.

Perkiraan itu dikemukakan Kepala Pusat Kebijakan APBN Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu, Askolani, dalam diskusi bertema "ketahanan ekonomi Indonesia terhadap kenaikan harga minyak dan inflasi" di Bandung, Jabar.

Askolani menyebutkan, dengan realisasi kuartal I 2011 di kisaran 6,4 hingga 6,5 persen maka diharapkan target pertumbuhan ekonomi 2011 sebesar 6,4 persen, akan tercapai.

Mengenai realisasi asumsi lainnya di APBN 2011, ia menyebutkan, realisasi inflasi selama kuartal I 2011 mencapai 0,70 persen dibanding target 2011 sebesar 5,3 persen.

"Sementara realisasi nilai tukar rupiah mencapai Rp8.800 per dolar AS dari asumsi di APBN 2011 sebesar Rp9.250 per dolar AS," paparnya.

Sedangkan realisasi rata-rata harga minyak Indonesia (ICP) selama kuartal I 2010 mencapai 104 dolar AS per barel dibanding asumsi di APBN sebesar 80 dolar AS per barel.

Kenaikan harga minyak dunia saat ini berdampak pada peningkatan subsidi BBM di APBN.

Realisasi subsidi hingga 31 Maret 2011 mencapai Rp32,3 triliun terdiri dari subsidi energi Rp24,7 triliun dan subsidi nonenergi Rp7,6 triliun.

Subsidi energi terdiri dari subsidi BBM dan BBG sebesar Rp18,1 triliun dan listrik Rp6,5 triliun.

Sementara dari sisi volume, realisasi konsumsi BBM bersubsidi mencapai 9,6 juta kilo liter dari jumlah BBM bersubsidi 2011 sebesar 38,6 juta kilo liter.

Askolani juga mengungkapkan bahwa realisasi lifting/produksi minyak pada kuartal I 2011 hanya mencapai 893 juta bareal per hari dibanding target sebesar 970 juta barel per hari.

Ia mengingatkan, jika misalnya realisasi "lifting" minyak selama 2011 hanya sebesar 950 juta barel per hari maka akan berdampak pada pengurangan penerimaan dalam APBN sebesar Rp4 triliun hingga Rp5 triliun.

Sementara itu, jika konsumsi BBM bersubsidi premium naik satu juta kl, maka subsidi bertambah Rp1,7 triliun. Pagu volume BBM bersubsidi sebesar 38,6 juta kl.

"Jika konsumsi solar naik satu juta kl maka subsidi akan naik Rp2 triliun," ujarnya.(*)
(T.A039/C004)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011