Sfax, Tunisia  (ANTARA News/Reuters) - Pasukan Moamer Kadhafi membom gencar Misrata, Minggu, hari keempat berturut-turut, kata pemberontak, dan sejumlah pengungsi menuturkan bahwa keadaan di kota Libya yang terkepung itu semakin menyedihkan.

Seorang juru bicara pemberontak, Abdel Basset Mezerik, mengatakan kepada televisi Al-Jazeera, sedikitnya enam orang tewas dan 47 cedera pada pagi hari di benteng besar terakhir pemberontak di Libya barat itu.

Kota terbesar ketiga Libya itu dikepung pasukan Kadhafi selama sekitar tujuh pekan. Ratusan orang diyakini tewas di sana.

"Pemboman masih terus berlangsung," kata seorang pemberontak yang menolak disebutkan namanya kepada Reuters melalui telefon dari kota pesisir tersebut.

Pemberontak mengatakan, Sabtu, pasukan pemerintah membom kota itu dengan mortir dan roket, dengan sasaran sebuah pabrik susu, sehari setelah kelompok hak asasi Barat menuduh loyalis Kadhafi menggunakan bom tandan. Libya membantah tuduhan itu.

Beberapa pejabat Libya mengatakan, mereka memerangi milisi bersenjata yang memiliki hubungan dengan Al-Qaeda yang bertujuan menghancurkan negara. Mereka membantah pasukan pemerintah membom Misrata.

Namun, pengungsi yang tiba di negara tetangga, Tunisia, pada akhir pekan, temasuk sedikitnya satu pemberontak yang terluka, mengatakan, kota itu menjadi sasaran serangan siang dan malam. Ia dan puluhan korban cedera lain dibawa ke Tunisia oleh kapal yang dioperasikan organisasi Medecins Sans Frontieres (MSF).

MSF mengungsikan 99 orang dari kota itu pada Jumat, 64 orang diantaranya terluka -- banyak dari mereka terkena tembakan dan pecahan peluru.

Ibrahim Ali, yang mendampingi tetangganya yang terluka di kapal MSF, mengatakan, pertempuran di Misrata semakin memburuk setiap hari.

"Penduduk ketakutan," katanya.

Warga menyatakan, ribuan pekerja migran yang terlantar kekurangan bahan pangan pokok dan obat serta hanya memiliki sedikit air dan listrik.

Ali mengulangi seruan-seruan agar NATO mengambil tindakan darurat lebih lanjut.

Libya kini digempur pasukan internasional sesuai dengan mandat PBB yang disahkan pada 17 Maret.

Resolusi 1973 DK PBB disahkan ketika kekerasan dikabarkan terus berlangsung di Libya dengan laporan-laporan mengenai serangan udara oleh pasukan Moamer Kadhafi, yang membuat marah Barat.

Selama beberapa waktu hampir seluruh wilayah negara Afrika utara itu terlepas dari kendali Kadhafi setelah pemberontakan rakyat meletus di kota pelabuhan Benghazi pada pertengahan Februari. Namun, kini pasukan Kadhafi dikabarkan telah berhasil menguasai lagi daerah-daerah tersebut.

Ratusan orang tewas dalam penumpasan brutal oleh pasukan pemerintah dan ribuan warga asing bergegas meninggalkan Libya pada pekan pertama pemberontakan itu.

Kadhafi (68) adalah pemimpin terlama di dunia Arab dan telah berkuasa selama empat dasawarsa. Kadhafi bersikeras akan tetap berkuasa meski ia ditentang banyak pihak.

Aktivis pro-demokrasi di sejumlah negara Arab, termasuk Libya, terinspirasi oleh pemberontakan di Tunisia dan Mesir yang berhasil menumbangkan pemerintah yang telah berkuasa puluhan tahun. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011