Amman (ANTARA News) - Kerusuhan di Suriah memuncak menjadi pemberontakan bersenjata, kata kementerian dalam negeri negara itu pada Senin, setelah ribuan pemrotes pro-demokrasi berunjuk rasa menuntut tumbangnya Presiden Bashar al-Assad di kota Homs.

"Jalannya peristiwa sebelumnya ... telah mengungkapkan bahwa (peristiwa) itu adalah pemberontakan bersenjata oleh kelompok-kelompok bersenjata organisasi-organisasi Salafis, terutama di kota-kota Homs dan Banias," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.

Pasukan Suriah pada Ahad malam menewaskan delapan pemrotes di kota tengah Homs dalam pertempuran setelah kematian seorang pemimpin suku, kata seorang pegiat hak asasi manusia (HAM) di kota itu, Senin.

"Homs membara. Pasukan keamanan dan para preman rezim telah memprovokasi suku-suku bersenjata selama sebulan terakhir. Tapi warga sipil dalam jumlah besar juga turun ke jalan di berbagai wilayah

Homs tadi malam, dan mereka ditembak pembunuh berdarah dingin," kata pegiat HAM itu kepada Reuters.

Menurut laporan AFP, setidaknya empat orang tewas dan sekitar 50 orang lainnya cedera ketika pasukan keamanan Suriah menembaki peserta upacara pemakaman di Talbisseh, dekat pusat kota Homs, pada Ahad, kata saksi mata.

Pasukan keamanan "melepaskan tembakan pada kerumunan ribuan orang" di pemakaman seorang pria yang tewas di kawasan itu sehari sebelumnya, kata saksi kepada AFP melalui telepon.

"Setidaknya empat orang tewas namun jumlahnya mungkin bisa lebih banyak lagi. Dalam kejadian itu terdapat lebih dari 50 orang lagi cedera," kata seorang saksi mata.

Penembakan itu terjadi sehari setelah Presiden Suriah Bashar al- Assad menuruti tuntutan pengunjuk rasa dan mengumumkan bahwa peraturan darurat yang berlaku selama hampir 50 tahun akan dicabut dalam satu pekan.

Dia juga menyatakan belasungkawa atas tewasnya sejumlah pengunjuk rasa itu.

Pemberlakuan peraturan darurat sejak 1963 melarang perkumpulan dan gerakan masyarakat, melaksanakan interogasi kepada setiap orang, dan memantau hubungan antar pribadi serta melakukan sensor kepada media.

Dalam pidato di televisi kepada kabinet baru yang ditunjuk untuk melakukan reformasi, Bashar juga menyatakan belasungkawanya atas tewasnya warga sebanyak 200 jiwa dalam unjuk rasa selama satu bulan menuntut kebebasan yang lebih luas. (AK/M016/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011