Makassar (ANTARA News) - Epos atau karya sastra dengan cerita terpanjang dunia "I La Galigo" diminta untuk dipentaskan di bumi kelahirannya, Tanah Luwu, Sulawesi Selatan.

"Tidak sempurna Andi Anto sebagai budayawan Luwu jika I La Galigo tidak dipentaskan di tanah kelahirannya," kata Ketua Kerukunan Kelaurga Luwu (KKL), Bukhari Kahar Mudzakkar di Makassar, Senin (18/4).

Andi Anto adalah budayawan asal Luwu yang berperan dalam pementasan pertama I La Galigo di Indonesia yang dilaksankan di Benteng Fort Rotterdam Makassar, 14-15 April 2011.

Bukhari menyebut, dalam pertemuan dengan Andi Anto ia mengutarakan akan pentingnya, I La Galigo putra dari Raja Luwu Sawerigading yang lahir dan meninggal di Luwu juga dipentaskan di tanah Luwu .

"Namun ia menjawab dukungan pemkab di Tanah Luwu kurang," katanya. Ia mengungkapkan kendala lain adalah masyarakat Luwu khususnya remaja lebih menginginkan artis ibu kota yang datang dibanding pentas I La Galigo.

Kendala lainnya, tidak ada satu pun putra-putri asli Luwu (Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur, Kota Palopo) yang terlibat langsung pementasan I La Galigo, meskipun masih ada beberapa putra Bugis-Makassar.

Ia mengemukakan, kegagalan putra Luwu terlibat langsung dalam atraksi pementasan karena gagal dalam seleksi. Putra asli Luwu.

Bukhari yang juga Ketua Komisi D DPRD Sulsel ini menyindir Pemprov Sulsel yang disebut tidak memasukkannya dalam program pariwisata.

"Kok tidak terpikir di Pemprov, padahal sudah masuk kalender opera dunia yang sudah pasti mengundang wisatawan internasional," ucapnya dan menyebut harusnya I La Galigo diberi ruang oleh Pemprov seperti Lovely December di Toraja atau ekspedisi Taka Bonerate di Selayar.
(*)

 

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011