Jakarta (ANTARA News) - Penyelesaian masalah perompak Somalia yang menyandera kapal dan ABK Sinar Kudus memerlukan upaya negosiasi dan militer secara bersamaan, demikian kata mantan ketua Nahdlatul Ulama, KH. Hasyim Muzadi pada Selasa.

"Tanpa adanya penjagaan militer, upaya negosiasi bisa saja dipermainkan," kata Hasyim kepada pewarta disela-sela acara "Dialog Antar Agama oleh Indonesia-Ethiopia" di Sekretariat Dewan Pendidikan Ke-Islaman (ICIS) di Jakarta.

"Jika hanya tindakan militer saja yang dilakukan hal itu tidak akan berjalan lancar karena juga membutuhkan dana yang besar, oleh karena itu harus melakukan kombinasi tindakan," tambah Hasyim yang juga sebagai Sekretaris Jenderal ICIS.

Dikatakannya bahwa tindakan militer tidak harus menyerang, militer hanya akan melancarkan dan memastikan bahwa negosiasi tersebut berjalan aman.

Hal tersebut merupakan orientasi dalam diskusi mengenai pembajakan pada pekan lalu yang dihadiri oleh Sesjen ICIS, Hasyim Muzadi, Duta Besar Somalia untuk Indonesia, Mohamud Olow Barow, dan Presiden Direktur PT. Samudera Indonesia, Masli Mulia serta Direktur Teknis Pelayaran, Adam, kata Hasyim.

Hasyim mengatakan bahwa sewaktu dirinya bertemu Dubes Somalia, Mohamud menyarankan kepada Indonesia untuk menggunakan kedua upaya pembebasan baik negosiasi maupun militer.

Dikatakannya bahwa dalam diskusi itu ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian diantaranya adalah perampok di sekitar Somalia dari Teluk Aden hingga masuk ke Terusan Suez sudah menjadi sindikat internasional dan bukan lagi dalam kendali pemerintah Somalia.

"Selain itu Dubes menyarankan agar negosiasi dan tindakan militer dilakukan bersamaan, karena negosiasi bisa saja dipermainkan, namun tindakan militer pun tidak selalu menyerang," kata Hasyim menambahkan bahwa militer menjadi pilihan terakhir jika negosiasi dipermainkan oleh para pembajak.

Hasyim mengkhawatirkan bahwa jika hanya upaya negosiasi saja maka perompak akan mudah mempermainkan upaya tersebut.

"Kekhawatiran saya yang kedua adalah kapal dagang yang melintasi perairan Somalia bukan hanya satu kali, dan jika tidak ada penjagaan militer maka pembajakan bisa terulang kembali serta mempengaruhi perdagangan nasional," tambah Hasyim menambahkan bahwa hal itu membahayakan ekonomi Indonesia.

"Jadi jangan hanya dilihat dari jumlah uang tebusan atau upaya pembebasan sandera serta upaya militer tapi bisa lebih luas, hal itu akan mempengaruhi ekspor Indonesia keluar negeri yang melalui laut," kata Hasyim.

Hasyim berharap pemerintah dapat turun tangan dalam mengatasi penyanderaan anak buah kapal Sinar Kudus, baik melalui upaya negosiasi maupun militer karena hal itu bukan hanya menyangkut kasus bagi PT. Samudera Indonesia melainkan juga masalah terhadap ekonomi Indonesia.

Kapal Sinar Kudus ditawan perompak Somalia sejak 11 Maret 2011 di Laut Arab yang kemudian digiring menuju perairan Somalia. Kapal tersebut memuat 31 ABK dimana 20 orang diantaranya merupakan warga negara Indonesia yang hingga saat ini masih belum dibebaskan.

Perompak Somalia yang diketahui oleh Dubes Somalia didukung sindikat internasional meminta uang tebusan kepada PT. Samudera Indonesia sebesar 3 juta dolar AS.

(KR-BPY/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011