Paris (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Prancis Alain Juppe, Selasa, mengatakan "sangat menolak" ide pengiriman pasukan darat sekutu menuju Libya bahkan pasukan khusus untuk membimbing serangan udara.

Juppe menyatakan hal itu saat makan siang dengan pewarta di Paris meskipun sekutu Prancis dalam serangan, Inggris, berkeinginan sebaliknya.

"Saya tetap pada pendirian saya dengan sangat menentang penerjunan pasukan darat," kata Juppe yang menekankan bahwa gerakan pemberontak Libya harus tetap bertanggungjawab menggempur tentara pemimpin Libya Muammar Gaddafi di medan perang.

Juppe menepis desakan Ketua Dewan Kebijakan Luar Negeri Parlemen Prancis yang berpengaruh, Axel Poniatowski tentang pengiriman pasukan khusus sekutu ke Libya untuk membimbing serangan udara sekutu.

"Hal itu merupakan tugas Dewan Nasional Transisi (TNC) dan pasukan mereka. Mereka dapat melakukan perannya tanpa perlu mengirimkan pasukan darat," kata Juppe.

Dia menegaskan bahwa tentara Prancis telah berhubungan dengan para penglima TNC di markas mereka di Benghazi yang menjelaskan bahwa hanya ada sejumlah kecil regu keamanan Prancis di kota itu guna melindungi utusan Prancis.

"Di Benghazi kami memiliki perwakilan tinggi yang merupakan diplomat Antoine Sivan dengan regu kecil yang bertugas melindunginya. Kami tidak memiliki tentara," kata Juppe ketika ditanya apakah ada tentara yang telah dikirim kesana.

Pernyataan itu bertentangan dengan penegasan yang diberikan sebelumnya filsuf terkenal Bernard-Henry Levy yang telah menjadi utusan Prancis secara tidak resmi untuk markas oposisi Libya dimana petugas dari Prancis bekerja bersama mereka.

Levy yang telah berbicara secara langsung dengan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy mengenai Libya dan telah mengunjungi Benghazi untuk berunding dengan oposisi Libya mengatakan bahwa petugas asal Prancis dan Inggris berada di "ruang kendali" kelompok oposisi.

"Ya, tentu saja ada petugas asal Prancis dan Inggris di sana," kata Levy kepada AFP.(*)

KR-BPY/Z002

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011