"Jangan memandang pasien miskin sebagai beban, bahkan seharusnya mereka berlomba-lomba merawat pasien miskin, karena segala perawatan dan obat-obatan diganti negara, termasuk jasa dokternya," kata Menkes.
Bengkulu (ANTARA News)- Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari gusar ketika menjumpai banyak pasien dari keluarga miskin ternyata masih dibebani biaya obat-obatan, bahkan sampai Rp500 ribu, sewaktu ia mengunjungi RSUD M Yunus di Bengkulu, Senin. "Ini sudah tidak benar! Protap (prosedur tetap) nya kan sudah jelas bahwa pasien miskin di kelas III harus gratis. Mana petugas Askesnya? Tolong dijelaskan kenapa pasien miskin masih membayar," kata Menkes kepada dokter-dokter RSUD, disaksikan beberapa anggota Komisi IX DPR-RI serta pejabat Depkes. Sebelumnya, empat pasien miskin kelas III RS itu yang ditemui menteri mengaku sudah mengeluarkan biaya untuk menebus obat-obatan. Ny. Febi, orang tua dari Gozi (2,5) yang menderita demam typoid, mengaku membayar sampai Rp600 ribu untuk obat-obatan, begitu juga dengan Ny. Fatimah (65) penderita muntaber sudah membayar Rp500 ribu. Pembayaran dilakukan tanpa kwitansi. Menkes yang ketika itu didampingi Dirut Askes Dr Ori Sundari, dengan suara keras spontan meminta agar semua biaya yang dikeluarkan pasien miskin dikembalikan saat itu juga. Kepada Direktur RSUD M. Yunus, Dr Syarifuddin, ia minta juga agar jangan ada lagi pembayaran seperserpun yang dibebankan kepada pasien miskin. Menanggapi permintaan itu, Syarifuddin sempat berkilah bahwa kalau pun pasien miskin harus membayar, nantinya akan diganti karena biayanya dibebankan ke APBD. Mendengar itu, Siti Fadilah Supari terlihat makin gusar. Dengan suara keras ia menyatakan, tidak dibenarkan pasien miskin membayar meski akhirnya diganti, karena sbiaya berobat mereka sudah dibayar negara dan ditagih melalui Askes. Menkes bahkan mengkhawatirkan obat-obatan untuk pasien miskin harus ditebus sendiri, padahal oleh pihak rumah sakit dimintakan ke Askes seolah-olah obat sudah diberikan secara gratis. Kekesalan Menteri juga nampak ketika ia ingin minta penjelasan Kepala Askes Bengkulu, ternyata yang bersangkutan tidak hadir. "Masak ada orang seperti Menteri datang untuk mengecek Askes, tega-teganya dia tidak hadir mendampingi. Kalau ada yang perlu ditanya, bagaimana jadinya," ujarnya dengan mimik kesal. Menkes menegaskan, RS harus memberikan perawatan optimal kepada pasien miskin, sama halnya dengan pasien di kelas maupun VIP karena biaya mereka sudah dibayar oleh negara dan pihak RS menagih ke Askes. "Jangan memandang pasien mikin sebagai beban, bahkan seharusnya mereka berlomba-lomba merawat pasien miskin, karena segala perawatan dan obat-obatan diganti negara, termasuk jasa dokternya," demikian Menkes.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006