Sana`a (ANTARA News) - Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh telah setuju untuk meletakkan jabatan dalam waktu beberapa pekan sebagai imbalan bagi kekebalan dari hukuman, sehingga ia akan menjadi pemimpin kawakan ketiga Arab yang terguling tahun ini oleh aksi protes di jalan.

Namun pemrotes, yang telah turun ke jalan dalam jumlah puluhan ribu selama berbulan-bulan guna menuntut diakhirinya hampir 33 tahun kekuasaannya, mengatakan mereka takkan mengakhiri demonstrasi di jalan sampai ia benar-benar meletakkan jabatan selamanya.

Banyak demonstran yang menuntut penggulingan Saleh telah tewas dalam beberapa bulan kerusuhan di kalangan generasi muda Yaman yang diilhami oleh pemberontakan di seluruh Afrika Utara dan Timur Tengah, yang menjatuhkan pemimpin di Tunisia dan Mesir.

"Masih ada waktu satu bulan sampai presiden meletakkan jabatan dan kami menduga dia setiap waktu bisa berubah pikiran," kata pegiat yang bernama Mohammed Sharafi. "Kami takkan meninggalkan arena sampai Saleh pergi dan kami mencapai tujuan kami mendirikan negara federal yang modern."

Ibrahim al-Ba`adani, seorang pegiat oposisi di kota Ibb, mengatakan ia "terkejut" bahwa oposisi resmi telah menerima prinsip kekebalan buat Saleh.

"Kami akan terus melancarkan aksi duduk sampai presiden pergi," katanya.

Yaman, dengan 23 juta warga, adalah salah satu negara paling miskin di dunia Arab, dan pengunjuk-rasa menuduh Saleh melakukan korupsi dan salah dalam memerintah selama beberapa dasawarsa kekuasaannya. Ia mengambil-alih jabatan di Yaman Utara pada 1978 dan memimpinnya memasuki penyatuan dengan negara terpisah Yaman Selatan pada 1990.

Dalam beberapa tahun belakangan ia telah memposisikan dirinya sebagai sekutu Amerika Serikat melawan Al-Qaida, sementara memerangi gerilyawan Syiah di bagian utara negeri itu dan kaum separatis di selatan.

Namun setelah bertahun-tahun mendukung Saleh sebagai benteng terhadap ketidakstabilan dan kegiatan cabang Al-Qaida di Yaman, tetangganya yang kuat --Arab Saudi-- dan Amerika Serikat telah mulai menekan Saleh agar merundingkan penyerahan kekuasaan.

Para penentangnya menuduh dia menggunakan krisis keamanan yang berlangsung lama di negeri tersebut untuk mengukuhkan lingkaran dalamnya. Penindasan keras terhadap demonstrasi di jalanan hanya menambah besar kemarahan pemrotes.

Pada Sabtu (23/4), partai yang berkuasa di Yaman dan oposisi menyatakan mereka telah menerima rencana bagi presiden untuk mengundurkan diri dalam waktu beberapa pekan dan diberi kekebalan dari hukuman.

Satu rencana yang disusun oleh Dewan Kerja Sama Teluk (GCC), yang terdiri atas negara Arab termasuk Arab Saudi, mengusulkan Saleh menyerahkan kekuasaan kepada wakil presidennya satu bulan setelah kesepakatan ditandatangani dengan oposisi, dan diberi kekebalan dari hukuman buat dirinya, keluarga dan pembantunya.

"Partai yang berkuasa memberitahu menteri luar negeri GCC tentang penerimaan mereka atas rencana penuh Teluk," kata jurubicara partai tersebut Tariq Shami kepada Reuters pada Sabtu, yang dipantau ANTARA di Jakarta.
(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011