Moskow (ANTARA News) - Kementerian luar negeri Thailand menolak informasi bahwa gas beracun militer digunakan dalam bentrokan di perbatasan dengan Kamboja, menurut Bangkok Post, Minggu.

Pada Sabtu, kementerian pertahanan Kamboja mengatakan, Thailand telah menembakkan meriam 75mm dan 105mm yang "sarat dengan gas beracun" ke dalam wilayah Kamboja, dan pesawat Thailand terbang di atas wilayah udaranya.

Seorang komandan lapangan Kamboja dikutip oleh media mengatakan bahwa pasukan Thailand juga digunakan munisi tandan.

"Saya perlu menyangkal mentah-mentan bahwa militer Thailand telah menggunakan semua jenis pesawat," kata Menteri Luar Negeri Kasit Piromya.

"Apa yang mereka katakan tentang kami menggunakan gas beracun itu tidak benar," tegasnya sebagaimana dipantau ANTARA dari RIA Novosti-OANA.

Bentrokan di perbatasan yang disengketakan antara Thailand dan Kamboja intensif pada Jumat, menewaskan empat orang Thailand dan tiga prajurit Kamboja.

Pada Minggu, konflik menewaskan 10 tentara dari kedua pihak, menurut perhitungan Bangkok Post.

Konflik perbatasan antara kedua negara atas kepemilikan candi abad ke-11 Preah Vihear yang dimulai abad lalu dilanjutkan pada 2010-2011.

Dua tetangga itu terlibat dalam perang empat hari di dekat kuil tersebut pada Februari, dan gencatan senjata telah berlangsung sejak bulan Maret.

Perbatasan antara Thailand dan Kamboja belum pernah dibatasi secara rinci.

Candi Preah Vihear diberikan ke Kamboja pada 1962 oleh keputusan Pengadilan Dunia, tetapi masalah kedaulatan atas sebidang tanah yang berbatasan tak terselesaikan dan tetap menjadi titik pertikaian antara dua negara Asia Tenggara itu.
(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011