Dumai (ANTARA News) - Sejumlah warga termasuk beberapa janda tua dan miskin di Kota Dumai, Riau, berniat menggelar aksi demonstrasi di gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Kantor Wali Kota Dumai karena tidak mendapatkan jatah beras miskin.

"Kita sudah capek ke Pak RT (ketua rukun tetangga-red) sampai ke Lurah tapi nggak pernah ada jawaban. Yang ada Pak RT selalu ke luar kota, Pak Lurah selalu ada urusan dinas," kata Siti Hawa, seorang janda berusia 41 tahun yang tinggal di Kelurahan Bumit Timah, Gang Saudara, RT 11, Kecamatan Dumai Barat, saat menemui ANTARA, Minggu malam di Dumai.

Wanita yang sejak 12 tahun ditinggal mati suaminya ini mengadukan nasibnya yang tak mendapatkan raskin atau beras miskin yang sebelumnya selalu ia terima.

"Selama berpuluh puluh tahun saya tinggal di Dumai, baru kali ini saya tidak dapat raskin. Sementara mereka yang baru-baru yang sebenarnya juga orang mampu justru kebagian raskin," kata Siti.

Siti menceritakan, saat ini dirinya tinggal bersama empat orang anak yang tengah mengenyam pendidikan formal. Masing-masing anaknya yakni, Linda dan Amin Syahputra, saat ini duduk dibangku Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sementara dua lainnya bernama Afrizal dan Yuli, masing-masing duduk dibangku sekolah dasar (SD) dan menengah pertama (SMP).

"Empat orang anak saya ini anak yatim yang butuh banyak biaya. Mereka semua saya sekolahkan agar nggak miskin kayak saya," kata wanita yang kesehariannya bekerja sebagai tukang cuci ini.

Siti menguraikan, pemasukannya dalam sebulan tidak pernah lebih dari Rp800 ribu. Semua uang tersebut diakui sepenuhnya untuk biaya sekolah empat orang anaknya.

Sementara untuk makan, ia dan keluarga menggantungkan diri dengan belas kasihan tetantangga-tetangganya dan mencari penghasilan tambahan dengan berkebun dan menjual sayur hasil milik orang lain.

Siti mengakui, selama ini sejumlah bantuan pemerintah lah yang sangat membantu dirinya, terutama bantuan-bantuan langsung seperti raskin.

"Saya nggak butuh uang, saya hanya butuh hak saya sebagai orang miskin. Selama ini beras ini yang bantu mengurangi beban saya sebagai janda, tapi mengapa sekarang justru hak saya itu dicabut," katanya.

Seorang janda lainya berumur 60 tahun, Halimah, juga mengaku kecewa dengan sistem pemerintahan saat ini yang terkesan tidak memihak kepada orang miskin seperti dirinya.

"Saya jelas-jelas menyaksikan, tetangga saya yang sebenarnya mampu dan punya penghasilan lumayan justru dapat bantuan raskin. Sementara saya, janda tua yang tidak lagi mampu ngapa-ngapain justru nggak kebagian," ungkapnya.

Halimah merupakan seorang janda yang telah lebih sepuluh tahun ditinggal mati sang suami. Saat ini Halimah hanya tinggal bersama kedua anak laki-lakinya yang keseharian bekerja sebagai kuli bangunan berpenghasilan kurang dari satu juta rupiah.

"Saya sebenarnya punya anak sembilan, tapi tujuh sudah pada kawin dan sekarang entah kemana. Mereka nggak pernah lagi kunjungi saya," urainya.

Selain Siti Hawa dan Halimah, Suriyati, seorang janda beranak satu yang keseharinnya bekerja sebagai pembantu rumah tangga juga sangat mengesalkan tindakan pemerintah yang tidak lagi memasukkan mereka sebagai penerima bantuan raskin.

Ketiga janda ini mengakui telah membulatkan tekat untuk sama-sama mendatangi gedung DPRD dan Kantor Wali Kota Dumai untuk mempertanyakan pembagian raskin yang dirasa tidak memihak kepada kaum miskin.

Selain ketiga janda ini, dikabarkan juga ada warga miskin lainnya yang juga sama-sama tidak mendapatkan raskin turut mendatangi gedung DPRD dan Kantor Wali Kota Dumai.

"Besok pagi (Senin 25/4), kami meminta agar wali kota sama wakil rakyat kembali mendaftarkan kami sebagai penerima raskin. Kami menuntut keadilan," kata Suriyati.

"Namanya juga raskin, `beras miskin`, sudah seharusnya untuk kami orang-orang miskin yang sudah ditinggal mati suami," sambung Halimah sembari mengakhiri perbincangan bersama Koresponden ANTARA, Minggu malam.  (ANT/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011