Mata uang safe-haven yen dan franc Swiss menguat pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB).
New York (ANTARA) - Mata uang safe-haven yen dan franc Swiss menguat pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), ketika sentimen risiko anjlok karena investor menjadi gelisah tentang Federal Reserve tiba-tiba hawkish yang dapat memberikan kenaikan suku bunga agresif dan menggagalkan pemulihan ekonomi yang baru lahir.

Kekhawatiran tentang varian baru virus Corona, Omicron juga mendorong pembelian terhadap mata uang safe-haven ini.

Dolar, pada sisi lain, mundur pada Selasa (30/11) setelah naik ketika Ketua Fed Jerome Powell mengatakan risiko inflasi telah meningkat dan menyatakan untuk menghentikan istilah "sementara" guna menggambarkan lonjakan harga. Dia juga mendorong percepatan pengurangan pembelian aset Fed.

Komentarnya menunjukkan urgensi untuk melakukan tindakan kebijakan moneter cepat yang pasar keuangan mungkin tidak siap, kata para analis.

"Secara keseluruhan, risiko terhadap prospek jangka pendek terus meningkat. Investor selalu memandang The Fed sebagai jaring pengaman, tetapi Fed terlihat panik di sini," kata Edward Moya, analis pasar senior, di OANDA di New York.

"The Fed salah dalam inflasi. Dan sekarang tampaknya mereka akan terburu-buru melakukan tapering dan dengan cepat memberikan kenaikan suku bunga. Jika tekanan inflasi tetap ada, Anda bisa melihat siklus kenaikan suku bunga yang dipercepat yang dapat mengancam kondisi keuangan," katanya lagi.

Pada akhir perdagangan, dolar turun 0,4 persen terhadap yen menjadi 113,065 yen. Terhadap franc Swiss, dolar turun 0,4 persen menjadi 0,9185 franc.

Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya turun 0,3 persen menjadi 95,90. Indeks dolar reli di awal sesi, sementara saham AS jatuh, setelah pernyataan hawkish Powell.

"Pedagang dalam mode 'jual dulu dan ajukan pertanyaan nanti'," kata Karl Schamotta, Kepala Strategi Pasar di Cambridge Global Payments di Toronto.

Sebelumnya, yen dan franc Swiss naik terhadap dolar, setelah CEO Moderna mengatakan vaksin virus Corona kemungkinan akan kurang efektif terhadap varian Omicron karena mereka telah melawan varian lain.

Menambah ketakutan, pembuat obat Regeneron Pharmaceuticals Inc mengatakan pada Selasa (30/11) bahwa pengobatan antibodi COVID-19 mungkin kurang efektif terhadap Omicron.

Peringatan tersebut memperkuat pandangan bahwa ekonomi global dapat membutuhkan waktu lebih lama untuk kembali ke tingkat sebelum pandemi daripada yang diperkirakan banyak orang.

Terhadap dolar AS, euro menguat 0,4 persen menjadi 1,1335 dolar AS, membukukan kenaikan beruntun tiga hari terbesar sejak Desember 2020.

Sebelum kedatangan Omicron, pendorong utama pergerakan mata uang adalah bagaimana para pedagang merasakan kecepatan yang berbeda di mana bank-bank sentral global akan mengakhiri stimulus era pandemi dan menaikkan suku bunga saat mereka berupaya memerangi kenaikan inflasi tanpa menghambat pertumbuhan.

Di pasar mata uang kripto juga memiliki sesi perdagangan yang fluktuatif. Ethereum terakhir naik 4,8 persen pada 4.668 dolar AS dan bitcoin turun 0,3 persen pada 57.645 dolar AS.
Baca juga: Dolar naik, yen dan franc tergelincir saat kekhawatiran Omicron surut
Baca juga: Yen dan franc Swiss menguat karena varian COVID kurangi selera risiko

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2021