Singapura (ANTARA) - Dolar menguat terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada Kamis sore, karena kekhawatiran pertumbuhan tentang ekonomi AS mendorong permintaan safe-haven greenback, sementara yen rebound karena para spekulan menggandakan taruhan bahwa Bank Sentral Jepang (BoJ) akan beralih dari kebijakan kontrol kurva imbal hasil (YCC).

Data AS lemah yang dirilis pada Rabu (18/1/2023) menunjukkan bahwa penjualan ritel turun paling banyak dalam setahun pada Desember dan output manufaktur mencatat penurunan terbesar dalam hampir dua tahun, memicu kekhawatiran bahwa ekonomi terbesar dunia itu menuju resesi.

"Data lemah itu benar-benar memperkuat kekhawatiran pasar tentang resesi AS yang akan segera terjadi ... (yang) benar-benar mendukung dolar, dan saya pikir itu akan menjadi narasi yang berkembang dalam beberapa bulan mendatang," kata Ahli Strategi Mata Uang Commonwealth Bank of Australia (CBA), Carol Kong.

Sterling turun 0,15 persen menjadi 1,2330 dolar, menjauh dari tertinggi satu bulan sesi sebelumnya di 1,2435 dolar, sementara euro stabil di 1,0795 dolar, tetapi juga agak jauh dari tertinggi sembilan bulan pada Rabu (18/1/2023) di 1,08875 dolar.

Gelombang baru penghindaran risiko - ditambah dengan berita pemutusan hubungan kerja oleh raksasa teknologi Microsoft dan Amazon - juga mempertahankan dolar dalam penawaran.

Baca juga: Dolar melayang ke posisi terendah, Yen dekat level tertinggi 7-bulan

"Efek pengetatan FOMC akan semakin terlihat," kata Kong.

Aussie merosot 0,56 persen menjadi 0,6902 dolar AS, lebih lanjut ditekan oleh penurunan mengejutkan dalam pekerjaan Australia pada Desember. Kiwi kehilangan 0,47 persen menjadi 0,6415 dolar AS.

Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern pada Kamis membuat pengumuman mengejutkan bahwa dia akan mundur paling lambat awal Februari dan tidak mencalonkan diri kembali.

Sementara itu greenback gagal untuk menambah keuntungan terhadap yen Jepang dan terakhir 0,82 persen lebih rendah pada 127,87 yen, melepas reli hari sebelumnya segera setelah keputusan BoJ untuk mempertahankan kebijakan moneternya yang sangat longgar.

Menentang ekspektasi pasar, BoJ mempertahankan target suku bunga dan kisaran imbal hasil, dan sebagai gantinya membuat senjata baru untuk mencegah kenaikan suku bunga jangka panjang terlalu banyak, untuk menunjukkan tekad mempertahankan kebijakan YCC untuk saat ini.

Baca juga: Dolar menguat di awal sesi Asia, yen dapatkan kembali pijakannya

Keputusan itu membuat yen anjlok sekitar 2,0 persen terhadap greenback dan terhadap mata uang lainnya tak lama setelah itu, di samping imbal hasil obligasi pemerintah Jepang, yang anjlok paling tinggi dalam dua dekade pada satu titik.

Tetapi pasar dengan cepat bangkit kembali dari guncangan awal dan pada Kamis terus mendorong kembali BoJ dan menguji tekad sikap ultra-dovish-nya.

Euro terakhir 0,78 persen lebih rendah pada 138,03 yen, sementara sterling turun 0,81 persen menjadi 157,67 yen.

"Saya pikir itu benar-benar mencerminkan fakta bahwa para pelaku pasar masih berspekulasi tentang pergeseran kebijakan bank sentral Jepang meskipun mereka tidak bertindak kemarin," kata Kong dari CBA.

Baca juga: Dolar goyah di Asia, inflasi AS picu harapan jalur bunga Fed melambat

"Meskipun masih ada ekspektasi tinggi untuk perubahan kebijakan ... saya pikir itu akan membuat yen cukup tinggi dalam waktu dekat."

Di tempat lain indeks dolar AS tergelincir 0,04 persen menjadi 102,29.

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023