Jakarta (ANTARA News) - Ketua Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) Rohmad Hadiwijoyo mengemukakan, buku "Suara Surabaya Bukan Radio" merupakan sumbangsih luar biasa bagi dunia radio.

"Buku ini sumbangsih luar biasa bagi dunia radio," kata Rohmad dalam bedah buku "Suara Surabaya Bukan Radio" kerja sama Pusat Data dan Informasi Perum LKBN ANTARA dengan Suara Surabaya di Jakarta, Jumat.

Suara Surabaya (SS) adalah radio berita dan interaktif yang berdiri sejak 1983. SS menjadi siaran radio terbesar di Surabaya.

Buku tersebut ditulis Arifin Boedi Haryono yang berisi mengenai radio, sejarah SS, jurnalisme termasuk kepemimpinan, manajemen, prakarsa, inovasi dan filosofi bisnis yang tertuang dalam sembilan bab.

"Ada sekitar 700 anggota PRSSNI, dengan kehadiran buku-buku seperti ini penting dan menjadi sumbangsih bagi kita semua," ucapnya, menambahkan.

Arifin, selaku penulis buku mengaku radio ternyata tidak sesederhana yang terlihat. Buku yang ditulisnya menceritakan contoh sukses sebuah radio.

Menurut dia, butuh waktu 18 bulan untuk proses penulisan dan pengeditan, serta empat bulan untuk perwajahan dan cetak buku.

Dalam buku tersebut, Arifin menulis mengenai strategi SS yaitu ketika radio masih memutar lagu, SS sudah menjadi radio berita dan ketika teknologi semakin berkembang dengan hadirnya internet, SS juga mengikuti perkembangan dengan siaran melalui dunia maya.

Menurut Direktur Operasional Radio Suara Surabaya, Errol Jonathans, SS merupakan radio tanpa program karena sering pendengar yang menentukan bahkan terkadang program yang sudah disusun dibatalkan.

Berbagai persepsi mengenai SS muncul, misalnya, sebagai pemberi solusi pada keadaan darurat contohnya ketika terjadi pencurian mobil, secara interaktif para pendengar memberi informasi tentang mobil curian tersebut, sampai akhirnya berhasil kembali ditangkap.

Errol mengatakan jumlah penelepon SS rata-rata 25 ribu penelepon setiap bulannya, sedangkan pendengar lewat Internet mencapai 21 ribu di 25 negara.

Errol berharap buku "Suara Surabaya Bukan Radio" bisa menjadi pembelajaran karena isinya mengupas tuntas tentang sejarah radio dan kiat suksesnya.

(D016/C004)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011