"Saya yakin, inilah saat yang tepat bagi pengusaha RRT untuk meningkatkan investasinya di Indonesia."
Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden (Wapres) Boediono mengharapkan, agar Republik Rakyat China atau Republik Rakyat Tiongkok (RRT) meningkatkan investasi langsung ke Indonesia untuk mendorong kesejahteraan bersama seiring dengan pertumbuhan perdagangan kedua belah pihak yang terus meningkat.

"Dari sisi investasi asing langsung ke Indonesia, gambarannya agak berbeda. RRT  hanya menduduki peringkat ke 13, jauh di bawah negara-negara lainnya. Saya yakin, inilah saat yang tepat bagi pengusaha RRT untuk meningkatkan investasinya di Indonesia," kata Wakil Presiden dalam sambutannya pada dialog bisnis Indonesia-China di Jakarta, Jumat yang juga dihadiri PM China Wen Jiabao.

Menurut Wapres, hubungan perdagangan Indonesia-China terus mengalami peningkatan signifikan dalam lima tahun terakhir.

China kini menjadi tujuan ekspor non-migas Indonesia terbesar kedua, dan China menjadi pemasok terbesar barang-barang impor non migas ke Indonesia. Volume perdagangan juga masih akan terus meningkat di masa yang akan datang.

Namun, ekspor Indonesia ke China masih didominasi bahan mentah dibandingkan bahan jadi. "Indonesia kaya akan sumberdaya alam dan energi. "Tapi, tentu Indonesia juga tidak ingin terus-menerus menggantungkan kemajuan ekonominya pada penjualan hasil alam yang masih mentah," kata Wapres.

Wapres mengatakan, kemajuan ekonomi China saat ini sangat penting karena menjadi lokomotif bagi pertumbuhan ekonomi di kawasan termasuk Indonesia.

Wapres memuji pemerintah China yang telah mampu menerapkan kebijakan yang tepat dan konsisten dalam mendorong perekonomian di negeri dengan populasi sekitar 1,5 miliar orang tersebut. Industrialisasi berkembang dan menuai kekaguman dari banyak negara.

Menurut Wapres, kemajuan perekonomian tersebut juga diharapkan dapat mendorong kemajuan pertumbuhan ekonomi kawasan termasuk Indonesia melalui kerjasama yang erat antara kedua negara.

"Indonesia melihat, kemajuan RRT juga membawa peluang untuk meningkatkan kerjasama yang saling menguntungkan di antara kedua negara, Indonesia dan RRT. Berbagai peluang bisa kita gali melalui perdagangan yang berimbang, arus investasi, maupun kerjasama yang lebih erat dan terbuka di bidang keuangan," katanya.

Menteri Perindustrian MS Hidayat juga mengatakan, perlunya China untuk berinvestasi secara langsung di bidang manufaktur ke Indonesia untuk menyeimbangkan perdagangan Indonesia dengan China.

"Invest disini untuk industri manufakturnya, dan nanti produknya diekspor lagi ke China enggak apa apa. jadi, komoditi yang diekspor itu jangan hanya bahan mentah tapi juga manufakturing produk, produk jadi dari prosesing, itu yang kita minta, " katanya.

Ia menambahkan, saat ini investasi China secara langsung masih sangat kecil, jauh dari angka perdagangan China - Indonesia. "Perdagangannya 34 miliar dolar AS, investasinya cuma 170 juta dolar AS," katanya.

Sementara itu, Perdana Menteri China Wen Jiabao mengungkapkan, kunjungannya selama tiga hari di Indonesia guna meningkatkan kerjasama yang erat antara kedua negara. PM Jiabao mengatakan, dalam kunjungannya kali ini juga diikuti dengan langkah-langkah merencanakan masa depan perekonomian kedua negara.

"Kunjungan saya ke Indonesia bukan hanya utk saling mengenal, tapi merencanakan hari depan dan kerjasa sama. Kemarin saya bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melaksanakan pembicaraan bersahabat dan produktif, menandatangani kesapakatan untuk memperluas kerjasama ekonomi," katanya dalam sambutan pada acara dialog yang dihadiri para pengusaha Indonesai dan China tersebut.

Kunjungan selama tiga hari PM Jiabao dilaksanakan di tengah menguatnya isu ACFTA, seiring terjadinya defisit neraca perdagangan dengan negeri tirai bambu selama tiga tahun terakhir.

Nilai total perdagangan Indonesia dan China terus meningkat dari tahun ke tahun dan selama lima tahun terakhir rata-rata tumbuh 23,3 persen. Pada 2010, menurut data Kementerian Perdagangan, mencapai 36,11 miliar dolar AS.

Namun, pertumbuhan perdagangan tersebut juga diikuti dengan perubahan neraca perdagangan. Pada 2010 defisit perdagangan Indonesia dengan China mencapai 4,73 miliar dolar AS, meningkat dibandingkan 2009 yang mengalami defisit 2,5 miliar dolar AS.

Pada awal 2011, selama Januari-Februari, defisit perdagangan nonmigas Indonesia dengan China juga tercatat 0,98 miliar dolar AS atau naik 0,19 miliar dolar AS dibanding periode yang sama tahun 2010.

Trend ekspor Indonesia ke China rata-rata 15,4 persen sementara trend impor Indonesia dari China mencapai 31,5 persen.
(T.M041/O001)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011