Jember (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dijadualkan meninjau langsung lokasi bencana banjir bandang dan tanah longsor di Kecamatan Panti, Kabupaten Jember, Jatim, yang merengut 77 korban jiwa dan puluhan luka. "Saya diminta oleh presiden untuk menyampaikan salam kepada masyarakat, dan beliau akan datang ke Jember," kata Wakil Sekjen DPP PKB persi Muhaimin Iskandar, Yenny Zanubah Chafsoh kepada wartawan saat datang ke lokasi bencana, Rabu sore. Namun demikian, putri mantan presiden Gus Dur itu, belum bisa memastikan kapan kunjungan presiden Yudhoyono itu akan dilaksanakan, termasuk jumlah bantuan yang akan diberikan. "Walaupun beliau sudah menugaskan Menko kesra dan Mensos untuk datang ke sini, beliau berjanji untuk datang juga," ujarnya. Tentang penanggulangan bencana, Yenny menuturkan, perlu melibatkan pihak swasta, mengingat bangsa Indonesia terus menerus mendapatkan musibah bencana mulai dari tsunami dan sejumlah bencana di daerah yang mengakibatkan pemerintah kewalahan. Untuk itu, Pemprop dan pusat sudah seharusnya melibatkan dan koordinasi dengan swasta, khususnya pengusaha besar sebagai bentuk tanggung jawab warga negara yang baik. Ia berpendapat, bencana di Kemiri, Kecamatan Panti, Jember akibat penggundulan hutan "illegal logging", sehingga perlu penanganan serius dari seluruh instansi terkai. "Aparat penegak hukum harus menindak tegas para pelaku `illegal logging`, agar tidak terjadi lagi bencana serupa yang sangat melukai nilai-nilai kemanusiaan," ucapnya, menegaskan. Dalam kesempatan ini, Yenny memberikan bantuan berupa sarung, selimut, beras dan makanan siap saji. Sementara itu, Ketua DPW PKB Jatim, Imam Nachrawi mengemukakan, persoalan bencana alam saat ini menjadi tanggung jawab seluruh elemen bangsa. Selain memikirkan para korban dan pengungsi yang lebih penting bagaimana cara menghadapi bencana termasuk melakukan reboisasi di daerah pegunungan yang gundul. Ia minta kepada aparat penegak hukum menyelidiki sebab-sebab terjadinya bencana, khususnya dari sisi hukum terkait penabangan liar, bila ini dilakukn tidak menutup kemungkinan akan terjadinya bencana serupa.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006