Kuala Lumpur (ANTARA News) - Duta Besar Indonesia untuk Malaysia, Da`i Bachtiar mengatakan tewasnya pemimpin Al Qaeda, Osama bin Laden, bukan berarti ancaman teroris berkurang apalagi jika perlawanan atas ketidakadilan terhadap umat Muslim masih menjadi barang jualan.

"Osama itu sudah jadi simbol perjuangan perlawanan terhadap ketidakadilan pada umat Muslim. Bila ketidakadilan dijadikan barang jualan untuk meraih simpati tentunya bukanlah sesuatu yang aneh jika ada anak-anak muda yang terpengaruh," kata mantan Kapolri ini seusai peresmian pembangunan kelas baru di Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIK) di Kuala Lumpur, Selasa.

Jadi, lanjut dia, masyarakat tidak boleh lengah sebab kemungkinan anak-anak muda bisa terpengaruh sangat terbuka sepanjang masih ada persoalan terhadap umat muslim yang menurut sebagian pihak merupakan wujud ketidakadilan, yang terus dijadikan sebagai barang jualan untuk meraih simpati.

Dijelaskannya, sejumlah nama yang menjadi pelaku pengeboman di Indonesia tidaklah sepenuhnya punya hubungan dengan Osama ataupun kelompoknya.

Untuk itu, peran orang tua sangatlah penting. Bila melihat anak-anaknya berperilaku aneh harus dengan cepat diluruskan kembali.

"Orang tua, lingkungan maupun sekolah sangat berpengaruh terhadap perilaku anak-anak. Kita harus memberikan pemahaman tentang jihad bahwa bekerja keras untuk menjadi orang pintar juga itu jihad," ungkapnya.

Di sisi lain, tokoh-tokoh agama ataupun tokoh yang berpengaruh di lingkungannya juga memiliki peran besar dalam mengingatkan anak-anak muda agar tidak melakukan hal-hal yang melanggar.

Senada disampaikan oleh mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara As`ad Said Ali bahwa kematian Osama bin Laden secara umum tidak banyak berpengaruh terhadap aksi terorisme.

"Dalam jangka dekat memang memberikan pukulan psikologis bagi pendukungnya. Tapi secara umum kematian Osama bin Laden tidak banyak berpengaruh, karena secara ideologis Al Qaeda kuat dan terus tersebar lewat internet," kata As`ad.

Apalagi, kata As`ad, struktur Al Qaeda sejak 2002 tidak lagi tersentralisasi, namun menggunakan sistem sel.

Menurut Wakil Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu, terorisme akan tetap subur selama kondisi Timur Tengah tidak stabil.



Radikalisme

Sebelumnya, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj pun mengemukakan hal senada bahwa kematian Osama tidak serta merta melenyapkan radikalisme dari muka bumi.

"Jangan terlalu larut dalam kegembiraan atas kematian Osama, karena kematiannya tidak lantas membuat radikalisme lenyap dari muka bumi ini," kata Said Aqil.

Menurutnya, radikalisme sudah ada sejak zaman dulu dan akan terus ada. Pasukan Amerika Serikat hanya berhasil membunuh Osama, bukan mematikan radikalisme.

Menurut Said Aqil, tindakan Amerika Serikat di negara-negara Islam yang tidak kalah radikal juga menjadi faktor pemicu aksi terorisme.

Penyerangan-penyerangan yang dilakukan AS dan menghilangkan nyawa masyarakat sipil di Pakistan, Afghanistan, Irak, dan Libya, kata Said Aqil, adalah tindakan yang biadab dan termasuk dalam kategori teror itu sendiri.

"Amerika terus menerus melakukan teror, dan ini berbanding terbalik dengan teriakan lantang Amerika dalam usahanya menghilangkan radikalisme," katanya.(*)
(T.N004/S022) 

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011