Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengajak kalangan pengusaha Amerika Serikat meningkatkan nilai investasi seiring dengan perubahan dan perbaikan kondisi berbagai sektor kehidupan di Indonesia.

Hal tersebut disampaikan Presiden saat menjadi pembicara kunci dalam sesi pertemuan Overseas Private Investment Corporation (OPIC) di Jakarta, Rabu siang.

"Akan banyak peluang yang anda dapat dalam kerja sama ini," kata Presiden.

Kepala Negara mengajak para investor tersebut untuk ikut dalam berbagai sektor pembangunan nasional antara lain rencana pemerintah membangun 6 koridor ekonomi, pembangunan infrastruktur dan industri.

"Anda dapat ikut serta dalam proyek kerja sama membangun industri di sini, tidak hanya di bidang pertambangan namun juga di bidang manufaktur dan jasa," kata Presiden.

Kepala Negara juga mengajak keterlibatan para pengusaha AS untuk bergerak di bidang pembangunan sumber daya manusia dan pembangunan usaha kecil dan menengah serta berbagai program pembangunan untuk mengurangi kemiskinan.

Presiden memaparkan setelah berlangsungnya reformasi 1998, perlahan tapi pasti kondisi perekonomian dan juga demokrasi semakin baik.

"Ini artinya Indonesia menjadi negara yang demokratis dan tumbuh secara ekonomi. Ini juga berarti mendekati kondisi pemerintahan yang bersih dan memiliki fundamental makro ekonomi yang baik," tegasnya.

Dengan kuatnya fundamental ekonomi, kata Presiden, maka masyarakat kelas menengah dan usaha kecil menengah akan meningkat.

"Pertumbuhan yang seimbang di provinsi dan daerah pedesaan akan terwujud termasuk menjaga ketersediaan energi dan pangan. Ini yang kami sebut dengan pertumbuhan dengan keseimbangan yang terus kami lakukan saat ini," katanya.

Namun demikian, Kepala Negara memberikan saran agar kalangan bisnis AS dapat berhasil mengembangkan usahanya sekaligus memberikan keuntungan bagi masyarakat Indonesia.

Hal yang pertama, Presiden menyarankan agar investasi dan bidang usaha yang dilakukan berjangka waktu lama sehingga tidak terjadi permasalahan ekonomi yang justru akan berpengaruh terhadap semua kalangan.

"Kita masih ingat krisis keuangan yang terjadi pada akhir dekade 1990-an ketika terjadi `capital flight" dalam jumlah besar. Itu membuat kami memerlukan waktu yang cukup untuk memulihkan dan mereformasi sistem ekonomi," kata Presiden.

Ketika saat ini banyak modal yang masuk ke Indonesia, Presiden meminta, ketika pemerintah telah memberikan fasilitas di sisi lain pemodal dan investor juga harus memiliki itikad untuk bermitra dan menanamkan modal dalam jangka panjang.

"Dengan penyelenggaraan OPIC ini kami berharap bisa membantu tercapainya hal tersebut," katanya.

Hal kedua yang Presiden ingatkan pada para pengusaha asal AS tersebut adalah menggandeng mitra pengusaha lokal yang baik.

"Partner lokal yang baik akan memahami pasar lokal dan membantu menghadapi sejumlah masalah," ujarnya.

Selain meminta agar pengusaha bersabar dan konsisten dalam menjalankan bisnisnya, Kepala Negara juga meminta agar menggunakan tenaga asal Indonesia dalam menjalankan bisnisnya.

"Masyarakat kami adalah pekerja keras, dinamis, kreatif, berpikiran terbuka dan memiliki keahlian, ketika mereka berkembang maka investasi anda juga akan berkembang," kata Presiden.

Kepala Negara mengingatkan agar memiliki sikap dan kebijakan yang menguntungkan semua pihak, bukan hanya pengusaha dan perusahaan namun juga masyarakat.

"Program CSR dapat menjadi bagian dari dinamika dengan komunitas lokal, juga bekerja sama dengan usaha kecil dan menengah serta memberikan kontribusi terkait berbagai macam isu global termasuk lingkungan," katanya.

Sesi OPIC di Jakarta berlangsung sejak 3 Mei hingga 5 Mei 2011, dihadiri sekitar 200 pengusaha AS dari berbagai sektor.

Presiden Yudhoyono saat menghadiri OPIC didampingi Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Menteri Perindustrian MSB Hidayat, Duta Besar Indonesia untuk AS Dino Pati Djalal dan Kepala BKPM Gita Wirjawan.
(*)
 

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011