Mereka menekankan bahwa peraturan itu hanya dimaksudkan agar para pemain dapat terlihat lebih "gaya dan berestetika" di lapangan sehingga bisa lebih menyedot banyak penonton.
BWF mengatakan bahwa badan pengatur bulu tangkis dunia itu akan tetap menerapkan peraturan yang sempat mengundang kontroversi dan protes sebagian pemain dan ofisial itu mulai 1 Juni bulan depan.
"Para pemain putri yang akan turun di turnamen-turnamen level tertinggi BWF diwajibkan untuk mengenakan rok atau gaun yang memperlihatkan ciri kewanitaan mereka, bahkan meskipun mereka tetap memakai celana pendek di dalamnya. Tidak diperbolehkan lagi memakai celana pendek saja dalam sebuah pertandingan," demikian bunyi peraturan itu seperti dilaporkan AFP.
Wakil Presiden BWF Paisan Rangsikitpho menolak kalau peraturan itu merupakan suatu bentuk eksploitasi terhadap wanita sembari mengatakan bahwa rok itu tidak mesti rok pendek. Namun dia menekankan bahwa harus ada sesuatu yang menjadi "pembeda dalam sebuah pertandingan putri".
"BWF tidak pernah punya maksud untuk memposisikan wanita sebagai objek seksual, dan bukan itu yang tengah kami kerjakan saat ini," katanya.
"Kita perlu membuat suatu pembeda dalam pertandingan putri dan peraturan itu merupakan bagian dari suatu kampanye besar kita untuk lebih meningkatkan profil olah raga bulu tangkis di masa depan," tambahnya.
"Ini dimaksudkan untuk membantu olah raga ini menarik minat penggemar yang lebih luas, baik itu bagi kaum muda atau tua, atau bagi pria maupun wanita, dimana penampilan para pemain yang gaya, menarik dan berestetika menjadi faktor yang penting di dalamnya," kata Wakil Presiden BWF itu menjelaskan.
Badan pengatur bulu tangkis dunia itu sebelumnya bermaksud menerapkan peraturan ini pada 1 Mei lalu, namun kemudian ditunda dalam rangka "memberi kesempatan bagi para anggota untuk memahami sepenuhnya alasan dibalik peraturan itu".
BWF menambahkan bahwa peraturan mengenai rok itu adalah upaya lebih lanjut dari badan itu untuk meningkatkan level bulu tangkis putri dunia, setelah sebelumnya mereka menetapkan standar hadiah uang dan sistem poin bagi pemain putri dan putra.
Tetapi langkah tersebut telah mengundang protes di kalangan pemain dan ofisial yang berpendapat bahwa perempuan tidak dapat diperintahkan untuk mengenakan sesuatu.
"Anda tidak bisa mewajibkan semua pemain menggunakan rok," kata pemain ganda putri India Jwala Gutta bulan lalu.
Penentang peraturan ini antara lain Komisi Nasional Perlindungan Wanita India, dan Menteri Urusan Olimpiade Inggris Hugh Robertson, sebagaimana dilaporkan oleh media setempat.
"Hanya atlet yang dapat memutuskan apa yang akan mereka pakai di lapangan. Ini sama sekali bukan pendekatan yang dapat dilakukan di abad ke-21 ini," komentar Robertson sebagaimana dikutip oleh koran Evening Standard London.
(OKS)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2011