Jember (ANTARA News) - Menhut MS Ka`ban saat meninjau lokasi bencana banjir bandang dan tanah longsor di Desa Kemiri, Kecamatan Panti, Jember, Kamis, menegaskan pentingnya rekonstruksi pembanguan di kawasan hutan yang rawan untuk mengatasi atau meminimalisir bencanan alam, Caranya, kata dia, pemerintah sejak tingkat bawah sampai pusat perlu melakukan manajemen pembangunan yang sinergis, dan tidak lagi ego sektoral. "Dengan demikian, terjadi penataan kawasan hutan, baik di cagar alam, hutan lindung, hutan produksi maupun kawasan hutan yang dikelola Pemda," ucapnya menegaskan. Menurut dia, bencana di Kemiri bukan akibat pengundulan hutan, melainkan karena tingginya debit air di kawasan Argopuro -- atas --, sehingga telaga-telaga kecil yang ada sekitar kawasan tersebut -- cekungan -- tidak mampu menampung debit air dari curah hujan yang tinggi, yakni 115 ml/detik. Karena itu, di kawasan pegunungan Argopuro perlu dilakukan rekonstruksi tanaman, menjadi tanaman keras, sehingga mempunyai daya serap tinggi dan mampu menahan air bila terjadi curah hujan deras. Sebab di kawasan itu masih ditanam pohon kopi yang sudah sepatutnya diganti karet atau jati yang secara ekonomi bernilai cukup tinggi, Menhut menjelaskan penataan kawasan hujan memerlukan kebersamaan, adanya manajemen pembangunan sinergis dan komitmen bersama dari semua "stakeholders", sehingga bencana diharapkan tidak terulang lagi. Kepada pemerintah di daerah, MS Ka`ban mengharapkan perlunya memotivasi warga sekitar kawasan untuk membantu terciptanya kondisi alam yang asri dan lestari, dengan tidak melakukan aksi penebangan liar atau perusakan lainnya. Dengan kebersamaan, sinergi dan kesadaran semua pihak diharapkan di kawasan pegunungan Argopuro di masa mendatang tidak lagi menimbulkan bencana. "Rehabilitasi bersama dan relokasi penduduk, merupakan langkah tepat mengatasi bencana di Jember ini," demikian Menhut. (*)

Copyright © ANTARA 2006