Mekah (ANTARA News) - Tim darurat dengan berbekal alat pendeteksi suara masih bekerja keras sejak Kamis dalam upaya mereka menemukan korban yang hidup dari bawah puing-puing pemondokan haji Laluat Al-Kheir (Mutiara Kebajikan), yang menurut seorang pejabat berisi jemaah haji yang melebihi daya tampung. "Setelah dilakukan pemeriksaan di tempat musibah ... ada indikasi yang jelas bawah bangunan itu diisi terlalu padat," kata Direktur Pertahanan Sipil Regional, Jenderal Adel Zamzami. Ia juga meragukan kelayakan struktur bangunan itu, dengan menyatakan "berbagai bangunan tambahan boleh jadi dibangun dengan tanpa ijin." Pada Kamis, para saksi menceritakan kengerian mereka atas begitu cepatnya bangunan itu ambruk setelah terjadi kebakaran. "Kejadiannya seperti 11 September," kata Talhah Al-Mazi, 40 tahun, merujuk pada serangan 11 September 2001 di AS yang meruntuhkan dua menara kembar World Trade Center di New York. "Saya melihat orang berlarian, menangis dan menjerit minta tolong," katanya kepada AFP, seraya menambahkan bangunan runtuh setelah para jemaah baru saja menyelesaikan shalat dzuhur di halaman luar. Seorang koresponden AFP menyaksikan tim medis mengeluarkan seorang korban yang masih hidup dan berlumuran darah, dengan alat pernapasan di wajahnya, sementara sebuah derek raksasa berwarna kuning mengangkat berbagai lembaran beton yang mengancam mengubur korban lainnya. Para korban yang selamat dengan wajah penuh duka memohon kepada petugas darurat agar menyelamatkan orang-orang yang mereka cintai yang masih hilang terkubur di reruntuhan pemondokan itu, yang tumbang bagaikan rumah kartu. "Dua saudara saya berada di dalamnya," kata Aiysha bin Jaber, 66 tahun, seorang jamaah haji asal Tunisia, memohon kepada petugas keamanan yang mendorongnya mundur dari lingkaran penjagaan ketat yang dilakukan di sekeliling gedung yang ambruk tersebut. Jalal Abdelrahim, seorang portir Bangladesh di hotel Al-Zaydi dekat yang bertetangga dengan pemondokan itu menyatakan enam temannya yang bekerja di toko di lantai dasar bangunan itu masih dinyatakan hilang. Abderrahmane Ghoul, jamaah haji asal Perancis, mengemukakan helikopter pemadam kebakaran sedang memadamkan api ketika gedung itu runtuh. Musibah masih saja terjadi Tragedi ini terjadi sekalipun petugas keamanan dan personel pertahanan sipil telah dikerahkan secara besar-besaran, dalam upaya mencegah berulang jatuhnya korban akibat para jamaah saling berdesakan dan mendorong dan kecelakaan yang terkait dengan struktur bangunan yang mewarnai pada musim-musim haji sebelumnya. Sebanyak 251 orang tewas pada 2003 dan 1.426 lainnya pada 1990 akibat berdesakan dan saling mendorong. Para pengawas bangunan memeriksa keamanan beberapa bangunan dekat pemondokan yang ambruk itu dan telah memerintahkan pengosongan dari dua bangunan pemondokan, kata Zamzami. Ia melukiskan tragegi itu sebagai "kecelakaan kecil dan bukan musibah," sambil menyatakan itu adalah "kehendak Allah dan ini dapat terjadi kapan pun". Belum ada laporan yang segera mengenai apa yang menjadi penyebab kebakaran. (*)

Copyright © ANTARA 2006