Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah memutuskan untuk memeriksa kelaikan pesawat MA-60 milik Merpati Nusantara untuk memastikan keamanan penggunaannya di masa mendatang.

Hal tersebut disampaikan Menteri Perhubungan Freddy Numberi dalam keterangan pers di Kantor Presiden Jakarta, Kamis malam.

"Kita keluarkan surat untuk lakukan inspeksi menyeluruh dan safety audit untuk 12 pesawat yang ada," kata Freddy.

Ia menjelaskan inspeksi kelaikan pesawat tersebut dilakukan oleh tim yang dibentuk oleh Kementerian Perhubungan.

Inspeksi, katanya, sudah dilakukan sejak Rabu (11/5) dan akan berlangsung selama satu pekan untuk 12 pesawat MA-60.

"Setiap pesawat yang diinspeksi tidak akan terbang, namun akan dilakukan pengaturan agar tidak mengganggu pelayanan," kata Freddy.

Saat ini, kata Freddy, 12 pesawat milik MNA tersebar di 23 titik seperti di Medan dan Kupang. Dari 23 titik tersebut melayani 66 rute penerbangan Merpati Nusantara yang mayoritas berada di kawasan Indonesia bagian timur.

"Setelah satu minggu baru kami umumkan. Dalam operasinya, kami berikan kepada mereka 66 rute ke seluruh Indonesia dalam konteks perintisan, misalnya, daerah terpencil. Dengan adanya peristiwa ini tentu akan lebih berhati-hati lagi," tegasnya.

Bila dalam proses pemeriksaan teknis ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dan dianggap membahayakan penerbangan maka pesawat tersebut akan di "grounded".

Ia menjelaskan, di seluruh dunia terdapat 2.093 pesawat MA-60 yang digunakan di sejumlah negara, 15 diantaranya dimiliki oleh Indonesia. Dari jumlah 15 tersebut, dua diantaranya masih berada di China dan belum diserahkan.

Menhub mengatakan, MA-60 hanya dari sisi badan pesawat saja yang diproduksi oleh China, sementara mesin dan kelengkapan penerbangan lainnya telah lazim digunakan oleh pesawat berbeda pabrikan dengan kelas yang sama yaitu bertempat duduk 50 penumpang.

Sementara mengenai perkembangan penyelidikan jatuhnya pesawat Merpati Nusantara di Kaimana, Papua Barat, Freddy mengatakan untuk voice data sudah bisa diperiksa sementara flight data harus dibawa ke China karena masih menggunakan huruf China sehingga perlu diterjemahkan.

"Alat masih di China untuk flight data recorder. Khusus untuk itu, encrypt alat belum ada, masih pakai bahasa China," kata Freddy.

Belajar dari peristiwa yang terjadi saat ini, katanya, alat untuk membaca flight data dari aksara China ke data yang bisa dibaca dengan mudah bisa dimiliki oleh Indonesia sebagai salah satu kelengkapan pesawat yang dimiliki Merpati Nusantara.

Dalam keterangan pers itu Freddy didampingi oleh Menteri BUMN Mustafa Abubakar dan Direkrur Utama Merpati serta sejumlah pejabat lainnya.

Dalam Sidang kabinet yang berlangsung di Kantor Presiden Kamis sore, Presiden meminta agar dilakukan penelitian dan penyelidikan atas kecelakaan yang terjadi pada 7 Mei 2011 tersebut.(*)

(T.P008*D013/I007)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011