Jakarta (ANTARA News) - Ketua Komite Normalisasi PSSI Agum Gumelar  Selasa (17/5) akan mengunjungi Timnas SEA Games yang menjalani pembentukan karakter di Pusdikpassus Batujajar, Bandung.

"Kami tidak ingin mereka (timnas) gundah, kami ingin memberikan semangat," kata Agum Gumelar kepada wartawan di Jakarta, Senin, usai melaksanakan rapat persiapan Kongres PSSI 20 Mei 2011.

Kunjungan Agum yang juga mantan Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus ini sekaligus memberikan dukungan moril pemain agar mereka tetap semangat menjalani Pelatnas SEA Games.

Konflik yang terjadi di dalam tubuh PSSI menjelang kongres ini mengancam sepak bola Indonesia jika FIFA menjatuhkan sanksi.

Ketua Umum PSSI 1999-2003 ini menegaskan kunjungannya ke Batujajar tentunya berdampak juga para dunia persepakbolaan nasional. Komite Normalisasi (KN) tidak menginginkan kalau Indonesia akan dijatuhkan sanksi FIFA dan semua konflik segera berakhir.

Agum juga berencana akan menemui dan menenangkan dua klub Indonesia, Sriwijaya FC dan Persipura Jayapura yang lolos ke babak 16 besar Piala AFC ini. Agum optimistis dengan terlaksananya kongres dapat menghindarkan Indonesia dari sanksi FIFA.

"Pelaksanaan kongres merupakan perlindungan kepada Sriwijaya FC dan Persipura. Jangan sampai kita diberikan sanksi. Kalau kita kena sanksi, maka merekapun akan gugur (keikutsertaan dua klub tersebut)," katanya.

Pejabat FIFA
Sementara itu, Ketua Komite Normalisasi yang juga Komite Pemilihan, Agum Gumelar, akan datang dua pejabat FIFA ke Kongres. Namun, dia belum bisa menyebutkan nama pejabat FIFA yang akan menghadiri kongres sebagai peninjau ini.

Soal dana kongres, Agum Gumelar mengatakan, biaya untuk menggelar kongres PSSI pada 20 Mei 2011 di Hotel Sultan Jakarta, diperkirakan mencapai Rp2 miliar. Keseluruhan dana tersebut, menurut Agum Gumelar berasal dari PSSI.

Selain membicarakan soal dana, dalam rapat tersebut juga dibahas mengenai kesiapan pengamanan jalannya kongres.

Menurut Agum, hal itu dilakukan agar kongres 20 Mei tersebut nantinya tidak bernasib sama seperti saat kongres sebelumnya di Pekanbaru.
(T009/R010)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011