Data ini kiranya sudah cukup untuk menjadi bukti bahwa wilayah Jember merupakan daerah rawan gempa
Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan berdasarkan catatan sejarah, Kabupaten Jember diguncang gempa merusak lebih dari enam kali sejak tahun 1896.

"Data ini kiranya sudah cukup untuk menjadi bukti bahwa wilayah Jember merupakan daerah rawan gempa," ujar Koordinator Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Jumat.

Daryono menjelaskan Jember berdekatan dengan sumber gempa potensial yaitu subduksi Lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah Lempeng Eurasia di selatan Jawa Timur (zona megathrust).

Baca juga: Gempa merusak Jember peringatan kualitas bangunan sangat buruk

Selain itu, wilayah Jember juga berdekatan dengan sumber-sumber gempa sesar aktif baik yang ada di daratan maupun di dasar laut.

Pada tahun 1896, gempa Lumajang-Jember mencapai skala intensitas VIII-IX MMI menyebabkan banyak rumah rusak berat. Kemudian pada 8 Juli 2013 magnitudo 5,9 menyebabkan 7 rumah warga rusak.

Baca juga: Gempa menyebabkan 29 rumah rusak di lima kecamatan di Kabupaten Jember

Baca juga: Empat warga Jember terluka akibat gempa bumi bermagnitudo 5,1


Gempa Jember pada 16 November 2016 magnitudo 6,2 menyebabkan banyak rumah rusak. Selain itu pada 10 Oktober 2018 magnitudo 6,1 menyebabkan kerusakan bangunan rumah dan fasilitas umum.

Gempa kelima pada 16 Desember 2021 dengan magnitudo 5,0 menyebabkan lebih dari 38 rumah rusak dan terakhir pada 16 Desember 2021 kemarin menyebabkan lebih dari 38 bangunan rumah.

"Gempa Jember 16 Desember 2021 kemarin menyebabkan lebih dari 38 bangunan rumah rusak. Gempa ini ternyata lokasi episenternya sangat dekat dengan Gempa merusak di Jember pada 1967 dengan guncangan mencapai skala intensitas VIII-IX MMI hingga menyebabkan banyak rumah rusak berat saat itu," ujar Daryono.

Baca juga: Belasan rumah warga di Jember rusak akibat gempa bumi

Baca juga: Gempa bumi magnitudo 5,1 di Jember tidak berpotensi tsunami






 

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2021