Jakarta (ANTARA News) - Kelompok perwakilan petambak udang dari Lampung dan LSM Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) akan menggelar aksi demonstrasi di depan Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Kamis, terkait kasus tambak eks-Dipasena.

"10 orang perwakilan petambak akan aksi `long march` dan teatrikal menuju Istana Presiden," kata Sekretaris Jenderal Kiara, M Riza Damanik, di Jakarta, Kamis.

Menurut Riza, aksi "long march" dan teatrikal tersebut dilakukan untuk menuntut pertanggungjawaban pemerintah segera menyelesaikan kasus eks-Dipasena.

Sudah 10 hari terakhir, ujar dia, pihak perusahaan pengelola tambak eks-Dipasena memutuskan aliran listrik yang mengakibatkan ribuan petambak udang dan anggota keluarganya menderita.

Pemutusan listrik berdampak kepada terhentinya aktivitas budidaya dan matinya ribuan ton udang akibat kehabisan oksigen.

Selain itu, masih menurut dia, pihak perusahaan belum membayar kepada petambak plasma sejumlah kewajiban bersifat modal termasuk sisa hasil usaha (SHU).

"SHU para petambak sekitar Rp36 miliar harus segera dibayarkan kepada petambak," katanya.

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad, Jumat (13/5), menyatakan penutupan operasional tambak eks-Dipasena berpotensi menurunkan produksi udang nasional sehingga target 2011 dapat tidak tercapai.

Menurut Fadel, hal tersebut dikhawatirkan akan mengganggu jumlah produksi udang karena tambak eks-Dipasena yang dikelola PT AWS bermitra dengan sekitar 7.000 petambak plasma.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan produksi udang sebesar 460 ribu ton pada 2011. Penutupan aktivitas operasi dikhawatirkan dapat menurunkan produksi hingga sekitar 30 ribu ton.

Tindakan penutupan operasi sepihak yang dilakukan PT AWS membuat Fadel terpukul dan mengutarakan rasa keprihatinannya terhadap nasib para petambak dan anggota keluarganya tersebut.

Sementara PT Aruna Wijaya Sakti (AWS) tetap bertahan pada rencana untuk menghentikan kegiatannya, meski pemerintah melalui Menteri Kelautan dan Perikanan mengharapkan perusahaan itu terus beroperasi.

"Kami tetap pada keputusan dengan sangat terpaksa menghentikan operasional perusahaan karena iklim investasi setempat masih belum kondusif," kata Corporate Communication PT CP Prima, induk perusahaan AWS, George Basoeki, Selasa (17/5).

George yang menjelaskan hasil pertemuannya dengan Fadel Muhammad, mengatakan, iklim investasi masih belum kondusif itu akibat ulah sekelompok preman yang juga merupakan oknum pengurus Perhimpunan Petambak Plasma Udang Windu (P3UW) di area operasional AWS.

Ulah premanisme itu, katanya, telah mengakibatkan perusahaan mengalami banyak kerugian. Bahkan, saat ini segala macam bentuk intimidasi masih terus dilakukan terhadap petambak yang serius ingin melakukan budidaya.
(M040*G001/B/S004/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011