Johannesburg (ANTARA News) - Warga Afrika Selatan memberi suara pada Rabu (18/5) dalam pemilihan kotapraja, sementara kaum tunawisma dan toilet terbuka yang dibuat di daerah miskin telah menjadi lambang mengenai ketidakpedulian pemerintah lokal, hampir 20 tahun setelah apartheid berakhir.

Kongres Nasional Afrika (ANC), yang memangku jabatan sejak pemilihan umum semua ras pertama di Afrika Selatan 17 tahun lalu, hampir dapat dipastikan akan meraih kemenangan mengingat sangat besarnya dukungan masyarakat buat partai itu karena berhasil menjatuhkan kekuasaan kelompok minoritas kulit putih.

Tapi ANC dan pemimpinnya, Presiden Jacob Zuma, dapat dibuat malu oleh perolehan kubu oposisi Aliansi Demokratis (DA), yang menguasai Cape Town dan telah berkampanye sebagai partai yang dapat memberi layanan kotapraja, demikian laporan Reuters, yang dipantau ANTARA di Jakarta, Kamis.

DA, yang pernah menikmati hak istimewa kulit putih dan sekarang berusaha menemukan kembali jatidirinya sebagai partai yang memberikan pemerintahan yang baik buat semua, menyatakan partai itu yakin akan meraih suara lebih banyak dibandingkan dengan pemilihan umum lokal 2006, ketika DA meraih sebanyak 14 persen suara, katanya.

Tempat pemungutan suara ditutup pukul 17:00 GMT (Kamis, pukul 00:00 WIB), dan hasil pertama diperkirakan disiarkan pada Rabu malam waktu setempat, serta hasil akhir pada Jumat, katanya.

Apa yang dulu kelihatan seperti kampanye untuk menguasai 278 kotapraja, termasuk Johannesburg, Cape Town, Durban dan Pretoria, memanas saat pertikaian mengenai toilet, yang penggunanya terlihat oleh orang lain, mendominasi berita utama media lokal.

ANC meraih keunggulan politis beberapa bulan lalu, ketika partai tersebut mendapati DA tak membuat tembok di sekeliling toilet umum di daerah kumuh di wilayah yang dikuasainya.

Namun ANC sendiri menghadapi kecaman ketika terungkap menjelang pemungutan suara bahwa partai itu juga telah gagal membuat tembok serupa di satu kota yang dikuasainya. Dan seorang pejabat lokal ANC telah diberi dana negara bagi pekerjaan buruk tersebut.

ANC telah mengeluarkan miliaran dolar guna meningkatkan kehidupan rakyat miskin tapi hasilnya beragam. Kebanyakan uang telah lenyap akibat korupsi dan ketidakmampuan, sehingga membuat marah penerima daya kesejahteraan serta pembayar pajak.
(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011