Big Sky, Montana (ANTARA News) - Peursahaan-perusahaan AS bisa menyediakan hampir sejuta lapangan kerja jika saja Cina berhenti membajak hak cipta, demikian satu penelitian di AS seperti dikutip Reuters, Kamis.

Temuan ini mengundang DPR AS mengkritik praktik dagang Cina.

Dalam satu laporan yang diminta para senator AS, Komisi Perdagangan Internasional AS menyurvey kalangan bisnis AS di mana diperkirakan mereka rugi sekitar 48 miliar AS pada 2009 karena pelanggaran hak kekayaan intelektual oleh Cina.

Jika Cina meningkatkan penegakan hukumnya pada tingkat seperti dilakukan AS, maka perusahaan-perusahan AS itu akan mampu meningkatkan lapangan kerja di dalam negeri AS sampai 923.000 lapangan kerja, kata survey itu.

Namun angka ini juga termasuk bidang-bidang pekerjaan di perusahaan-perusahaan tersebut, tidak hanya lapangan kerja baru di sektor itu.

Max Baucus, Kepala Komite Keuangan Senat, yang meminta studi itu dilakukan, menyebut praktik dagang Cina telah membuat AS merugi miliaran dolar AS dan kehilangan jutaan lapangan kerja.

"Kita tidak bisa berpura-pura bahwa tidak dampak nyata akibat pelanggaran-pelanggaran (hak cipta itu) manakala jumlah kerugian ini menunjukkan bahwa jutaan pekerja AS antri (mencari pekerjaan)," kata Baucus yang berasal dari Partai Demokrat.

Laporan itu dirilis ketika para pejabat perdagangan dari 21 negara Asia Pasifik (APEC) bertemu di resort musim dingin Big Sky di Montana, kampung halaman Baucus yang sebelum ini bersikeras ingin menuanrumahi forum APEC.

Baucus berharap pertemuan Big Sky akan membantu meniadakan hambatan-hambatan perdagangan dan membuat usaha kecil AS lebih murah, lebih cepat dan lebih mudah mengekspor barang mereka ke pasar yang menguntungkan ini.

Senator Chuck Grassley yang berasal dari Partai Republik, menyebut laporan itu menunjukkan bahwa AS perlu  perlindungan keras untuk hak kekayaan intelektual ketika negosiasi dagang disepakati.

"Cina menginginkan keuntungan-keuntungan dari hubungan ekonominya dengan AS, namun  negeri itu tidak mau mengendurkan tujuan negosiasinya," kata senator dari Iowa itu.

AS dan Cina, yang adalah dua perekonomian terbesar dunia, sudah sekian lama berselisih dalam soal perdagangan di mana sejumlah anggota DPR AS menuduh raksasa ekonomi baru itu memberikan dukungan tidak adil kepada industrinya demi menggenjot ekspornya.

Selama pertemuan yang belum lama berlangsung bulan ini di  Washington, Wakil Perdana Menteri Wang Qishan menolak anggapan bahwa pertumbuhan ekonomi Cina disokong oleh langkah-angkah semu seperti devaluasi mata uang.  Cina mendesak AS tidak mempolitisasi hubungan ekonomi.(*)

Penerjemah: Jafar M Sidik
Editor: Luki Satrio
Copyright © ANTARA 2011