Jambi (ANTARA News) - Aktivis seni budaya Jambi Budi Veteranto, pada Kamis 05.20 WIB tutup usia setelah mendapat perawatan medis intensif atas penyakit stroke yang diidapnya di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mat Taher Jambi.

``Innaallillaahi wainna ilaihi rajiun. Buvet atau Budi Veteranto yang selama ini telah mendedikasikan dirinya pada dunia kesenian, kebudayaan dan pendidikan Jambi, meninggal dunia pada usia 50 tahun setelah cukup lama terkena stroke,`` kata EM Yogiswara, penyair dan wartawan sahabat Buvet, di Jambi, Kamis.

Kabar mangkatnya aktivis senibudaya Jambi yang giat membangun wacana perkeseninanan di Jambi tersebut cepat menyebar, hingga para sahabat seantero Jambi dari Tanjung Jabung di sebelah timur hingga Kerinci paling barat, bahkan para sahabat di daerah lain seperti di Padang, Solo, Jogja, dan Kalimantan.

Baik kalangan seniman, budayawan, wartawan, para aktivis dan para guru tersebut tak hentinya mengirimkan ungkapan belasungkawa ke pihak keluarga yang ditinggalkan.

``Almarhum dikebumikan di TPU Kebun Kopi, meninggalkan satu oang istri dan putra-putrinya, seharian rumah duka tak henti didatangi pelayat yang merupakan para sahabat almarhum,`` tambahnya.

Naswan Iskandar, Sekjen DKJ menambahkan, semasa hidupnya, Buvet sangat aktif bergerak memperjuangkan keberadaan senibudaya Jambi, beliau terlibat di berbaai organisasi kesenian dan pergerakan seperti di Dewan Kesenian Jambi (DKJ), Himpunan Senirupawan Indonesia (HSRI) Jambi sebagai Sekjen pertama pada 1988 hingga 1996 lalu.

Dia juga terlibat membidani berbagai `event-event` monumental kesenian dan kebudayaan Jambi seperti Jambi Art Festival (JAF) oleh Kajanglako Art Centre pada 1998, Festival dan dialog Seni Jambi pada 1997, Pameran Lukisan danDialog Perupa Sumatera (PLDPS), termasuk agenda Temu Sastrawan Indonesia I (TSI) di Jambi pada 2009.

Fauzi Z, pelukis Jambi juga menimpali, Buvet tidak hanya aktif di pergerakan, Buvet juga terjun langsung sebagai pelaku kesenian. Beberapa genre kesenian digelutinya sekaligus seperti Sastra khususnya puisi, juga genre teater, dan seni lukis.

Karya sastranya tercantum di berbagai antologi bersama, antologi puisi tunggalnya adalah `Serat Putih untuk Romo` terbit pada 2005. Di seni lukis dia juga sempat terlibat di berbagai pameran baik dalam maupun luar Jambi.

``Yang menarik dari pribadinya adalah, dia tidak pernah lelah apalagi berhenti memotivasi generasi muda kesenian Jambi, bahkan sampai ketika dia divonis terkena stroke semenjak lima tahun lalu, dia selalu hadir pada `event` pertunjukan atau seminar kesenian kebudayaan yang digelar oleh sanggar apa pun meskipun dia tidak diundang sebagai tokoh pembicara, seakan tidak terkena sakit sedikitpun,`` katanya.

Profesinya sebagai guru di SMA Xaverius I kota Jambi dimanfaatkan sepenuhnya oleh Budi untuk semakin menggenjot spirit dan semangat generasi muda untuk menggeluti atau setidaknya mengenal lebih dalam perkesenianan Jambi. Tidak jarang para siswanya dikerahkannya untuk menghadiri event-event kesenian yang digelar di kota Jambi.

Menurut Didi Hariadi, wartawan TVRI Jambi, ke depan dia akan sangat kehilangan satu sosok pejuang kesenian dan kebudayaan yang tulus dan giat seperti Buvet. Ke depannya menurut dia Jambi akan sulit mendapatkan lagi pribadi seperti yang dimiliki oleh Buvet tersebut. (BS/KWR/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011