Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah cendekiawan nasional menggagas berdirinya Sekolah Tinggi Filsafat Gus Dur atau "Gus Dur School od Philosophy" di Jalan Teluk Betung, Jakarta, Jumat.

"Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Gus Dur diharapkan menjadi sarana bagi bangsa Indonesia dalam membangun paradigma filsafat dan kebudayaan untuk meluruskan kembali "road map" kehidupan berbangsa seperti yang dicita-citakan pendiri negara ini," kata fasilitator berdirinya STF Gus Dur, Edward Soeryadjaya.

Penggagas berdirinya STF Gus Dur meliputi, Edward Soeryadjaya, Ahmad Mubarok, Arief Mudatsir Mandan, Muhammad Cholid, dan Miftahuddin.

Hadir pada pertemuan tersebut antara lain, Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama Nazaruddin Umar, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie, Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Masdar Farid Mas`udi, pengusaha Christianto Wibisono, serta mantan Pemimpin Umum LKBN ANTARA Muhammad Sobari.

Menurut Edward, bangsa Indonesia adalah bangsa yang ramah, santun, dan toleran dalam menyikapi segala perbedaan pendapat.

Namun akhir-akhir ini, Edward merasakan kegundahan karena karakter bangsa Indonesia yang luhur tersebut sudah mulai pudar, dengan munculnya sejumlah konflik baik di bidang politik, hukum, maupun ekonomi.

"Sepertinya bangsa Indonesia mulai kehilangan tradisi yang baik terutama kehilangan panutan yang menjadi teladan," katanya.

Melalui diskusi dengan sejumlah pihak dan mempertimbangkan berbagai aspek, katanya, dirinya memberanikan diri untuk menawarkan memfasilitasi pendirian STF Gus Dur.

Pendirian STF Gus Dur ini, katanya, digagas oleh Ahmad Mubarok, Arief Mudatsir Mandan, Muhammad Cholid, dan Miftahuddin.

"Semangatnya, mendidik generasi muda untuk menyerap ilmu filsafat dan menyebarkannya kepada masyarakat untuk kebaikan bangsa Indonesia," katanya.

Sementara itu, Pendiri Mobarok Foundation, Ahmad Mubarok, yang juga anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, menjelaskan dirinya menggagas pendirian STF Gus Dur ini untuk menjadi basis pengembangan kajian pemikiran, filsafat dan kebudayaan yang berwawasan global, tapi tetap memiliki akar yang kuat pada tradisi ke-Indonesiaan.

Menurut dia, dipilihnya nama Gus Dur sebagai nama STF karena mantan ketua umum PBNU ini adalah sosok yang pemikirannya menjadi perekat budaya Indonesia.

"Gus Dur merupakan ikon bangsa dengan paradigma baru, yakni bangsa yang kokoh berdiri di atas kearifan lokal, serta didukung kapasitas ilmu pengetahuan," katanya.

Mubarok menambahkan, dirinya sudah meminta izin kepada keluarga besar Gus Dur untuk memakai namanya sebagai nama pada STF Gus Dur, meskipun tanggapannya masih belum sepenuhnya merestui.
(R024/A011) 

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011