Jakarta  (ANTARA News) - Anggota Komisi XI DPR RI Kemal Azis Stamboel menyambut positif pengantar/keterangan pemerintah atas Kerangka Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal Tahun Anggaran 2012 yang disampaikan Menteri Keuangan.

Siaran pers Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (FPKS) DPR yang diterima ANTARA di Jakarta, Sabtu, menyebutkan, Kemal Stamboel mengatakan bahwa target pertumbuhan ekonomi 2012 sekitar 6,5 hingga 6,9 persen itu masih sangat moderat.

"Kalau mau lebih optimistis dan bersungguh-sungguh untuk melakukan akselerasi, saya kira bisa di atas 7 persen karena pada 2011 saya kira kita bisa mencapai 6,5-6,7 persen. Kuartal pertama kemarin, meski belanja pemerintah masih sangat rendah, pertumbuhan mencapai angka 6,5 persen. Jadi trennya memang sedang naik," ujar anggota FPKS DPR RI itu.

Hal itu, menurut Kemal, juga didukung oleh tren jangka panjang, sebagaimana laporan riset terbaru Bank Dunia bertajuk "Global Development Horizons 2011-Multipolarity: The New Global Economy".

Dalam laporan tersebut, Bank Dunia meramalkan Indonesia akan menjadi satu dari enam negara "emerging

economy" yang menjadi sumbu perekonomian dunia pada 2025. Kinerja ekonomi Indonesia bersama Brasil, Cina, India, Korea Selatan, dan Rusia akan menguasai lebih dari separuh perekonomian dunia.

"Dengan kondisi ini saya memandang pertumbuhan ekonomi kita harusnya bisa ditargetkan lebih tinggi lagi, tentu dengan tetap memperhatikan kualitas pertumbuhannya," katanya.

Dalam paparannya dalam sidang paripurna DPR RI, Jumat (20/5),Menteri Keuangan Agus Martowardojo menyampaikan asumsi ekonomi makro pada 2012 direncanakan sebagai berikut: pertumbuhan ekonomi sekitar 6,5-6,9 persen, inflasi 3,5-5,5 persen, suku bunga SBI 3 bulan 5,5-7,5 persen, nilai tukar rupiah 9.000-9.300 per dolar

AS, harga minyak mentah Indonesia 75-95 dolar AS per barel, dan "lifting" minyak 950-970 ribu barel per hari.

"Selain masalah pertumbuhan saya kira yang perlu dicermati adalah masalah penentuan target inflasi 2012 sebesar 3,5-5,5 persen. Kita memang membutuhkan inflasi yang rendah. Pertumbuhan tinggi tidak akan bermakna pada kesejahteraan rakyat, kalau inflasi tinggi. Untuk itu harus ada upaya pengendalian inflasi yang jauh lebih serius untuk mencapai target tersebut dari sekarang," kata Kemal Stamboel.

Menurut Kemal, merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi tahunan masih cukup tinggi. Meski April lalu masih terjadi deflasi 0,31 persen, tetapi inflasi tahunan masih 6,16 persen, dan inflasi tahun berjalan tercatat 0,39 persen.

"Bahkan kalau lebih cermat, meski deflasi, inflasi inti justru terus naik mendekati 5 persen. Inflasi inti pada April lalu tercatat sebesar 0,25 persen. Dengan begitu, inflasi inti secara tahunan sudah mencapai 4,62 persen," katanya.

Angka itu, lanjutnya, lebih tinggi dari inflasi inti Maret lalu yang sebesar 4,54 persen.

Dengan perkembangan tekanan yang semakin kuat pada bulan-bulan ke depan, katanya, inflasi inti berpotensi menembus angka 5 persen pada 2011, apalagi jika tidak ada upaya ekstra untuk meredamnya.

"Dan kalau ini trennya terus terjadi, akan sulit dikendalikan pada 2012. Saya kira pemerintah harus meningkatkan koordinasi dengan Bank Sentral untuk mengendalikan ekspektasi inflasi dari publik.

Pemerintah jangan membuat pernyataan ekonomi yang membingungkan publik. Selain itu sisi supply juga harus dibenahi, terutama peningkatan kapasitas ekonomi melalui percepatan pembangunan infrastruktur, pembenahan sistem logistik nasional, dan penghapusan `high cost economy`," katanya.

Menteri Keuangan Agus Martowardojo juga menyampaikan bahwa pemerintah optimistis bahwa kinerja ekonomi pada 2011 akan berakselerasi pada level semakin tinggi sebesar 6,5 persen.

Dengan semakin tingginya ekspansi ekonomi pada 2011 yang ditopang dengan penciptaan stabilitas ekonomi makro secara baik dan berkesinambungan, kata Menkeu, diyakini akan memberikan sentimen posistif dalam penciptaan akses lapangan kerja baru yang pada gilirannya akan dapat menekan tingkat pengangguran terbuka di tahun 2011 menjadi 6,8 persen atau menurun dibandingkan 2010 yang masih sebesar 7,1 persen.

Seiring menurunnya tingkat pengangguran terbuka tersebut, tingkat kemiskinan pada 2011 diperkirakan juga menurun menjadi 11,5-12,5 persen dari tahun sebelumnya sebesar 13,3 persen. Pemerintah optimistis bahwa kinerja ekonomi 2012 akan melaju pada level semakin tinggi pada kisaran 6,5-6,9 persen.
(A041/N002)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011