Jakarta, (ANTARA News) - Menteri kehutanan MS Kaban menegaskan bahwa saat ini terdapat sekitar delapan juta lahan kritis yang dikuasai masyarakat dan perlu dihijaukan kembali karena sebagian dari lahan itu sudah berubah menjadi kawasan tanaman budidaya semusim. Selain itu MS Kaban mengatakan bahwa di pulau Jawa saat ini terdapat 200.000 hektar hutan lindung yang dalam kondisi rusak. "Saat ini banyak lahan kritis yang sensitif terhadap longsor. Ini yang menjadi masalah sehingga harus segera dikembalikan pada komiditi-komoditi tumbuhan yang mempunyai akar kuat," kata Kaban menjelang rapat kabinet paripurna di Kantor Presiden Jakarta, Senin (9/1). Ketika ditanya apakah bencana tanah longsor di Jember disebabkan oleh kegiatan pembalakan liar (Illegal Logging), MS Kaban secara tegas membantahnya. "Saya tegaskan di daerah kejadian seperti Jember dan Banjarnegara tidak ada `illegal logging`, kawasan itu merupakan hutan lindung dengan jenis kayu Rasamala, jadi harus tahu membedakan antara hutan lindung dan hutan tanaman," katanya. Sementara itu hingga Minggu (8/1) malam Sebanyak 31 dari 63 korban banjir bandang dan tanah longsor di Kabupaten Jember, hingga kini masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Soebandi Jember, karena kondisinya belum memungkinan untuk menjalani rawat jalan di rumah. Humas RSUD dr Soebandi Jember, Drg Arief Setyoargo, Minggu, mengemukakan, dari 63 korban banjir itu, sembilan korban sudah bisa pulang dan 23 korban lainnya menjalani rawat jalan dengan rujukan melakukan pemeriksaan rutin ke Puskemas terdekat. Ia menjelaskan, para korban bencana banjir itu yang dirawat di rumah sakit menderita "multiple trauma", dengan kondisi patah tulang dan luka sayat, sehingga membutuhkan perawatan yang intensif. Sementara untuk korban meninggal yang dibawa ke rumah sakit Dr Soebandi sebanyak 48 orang, 26 korban meninggal tidak bisa diidentifikasi, sehingga harus dikuburkan secara massal oleh pihak rumah sakit. Sedangkan 21 korban meninggal lainnya telah terindentifikasi dan dibawa pulang oleh keluarga masing-masing untuk dimakamkan. Kini tinggal satu jenazah masih berada di kamar jenasah RSUD Dr Soebandi. Sementara itu Kerugian materiil akibat bencana alam tanah longsor di dusun Gunungraja desa Sijeruk Kecamatan Banjarmangu Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, mencapai Rp6,049 miliar dengan korban meninggal hingga Senin (9/1) pukul 14.00 waktu setempat mencapai 76 orang. Keterangan yang dihimpun dari Posko Bencana Alam Desa Sijeruk, Senin, menyebutkan, kerugian materiil tersebut berupa rumah kerusakan sebanyak 102 buah dinilai Rp3,06 miliar, masjid (1) Rp76 juta, taman kanak-kanak (1) Rp72 juta, pos kamling (1) Rp4 juta. Kemudian sepeda motor (1) Rp10 juta, mobil bak terbuka (1) Rp46 juta, instalasi listrik (74 buah) Rp111 juta, uang senilai Rp31 juta, perhiasan senilai Rp800 juta, televisi (48) buah) Rp165,2 juta, tanah seluas empat hektar senilai Rp1 miliar. Kerugian juga meliputi hilangnya ternak kambing (480 ekor) dengan nilai Rp288 juta, 46 kolam ikan bernilai Rp138 juta, ternak kecil (ayam, unggas, itik dan lain-lain) senilai Rp15 juta, tanaman padi Rp48 juta, tanaman salak Rp15 juta, kayu albasia Rp180 juta dan tanaman buah lainnya Rp40 juta.(*)

Copyright © ANTARA 2006