Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Hatta Rajasa mengakui bahwa konsumsi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang melebihi kuota APBN 2011 akan menyebabkan peningkatan defisit dan anggaran pun mengalami tekanan.

"Kita jangan sampai `over` yang berlebihan, kita tidak ingin fiskal kita jebol," kata Menko Hatta Rajasa usai rapat koordinasi di Kantor Menko Perekonomian Jakarta, Senin.

Ia mengatakan, walaupun upaya menjaga agar kuota volume BBM bersubsidi 2011 sebesar 38,6 juta kilo liter tidak mudah, namun pemerintah akan berupaya agar kuota itu tidak terlampaui.

"Realisasi kuartal I 2011 sudah 30 persen, kalau tidak dicegah kan bisa terjadi 'over', maka kita harus jaga dan disiplin untuk menjaga kuota tersebut. Pekan depan masalah ini akan dibahas," katanya.

Menurut Hatta, pemerintah tidak mungkin menambah kuota BBM bersubsidi karena ada kecenderungan besar tambahan subsidi itu disalahgunakan.

"Kalau kita menggunakan cara-cara biasa, maka akan terjadi pembengkakan BBM bersubsidi, makanya kita perlu usahakan," katanya.

Hatta menyebutkan, terdapat laporan yang menyebutkan adanya penyalahgunaan BBM bersubsidi yaitu penyelundupan BBM bersubsidi ke luar negeri.

"Ini yang menjadi perhatian kita, kita sudah tangkap beberapa pelakunya," kata dia.

Ia menyebutkan, hingga saat ini pemerintah belum sampai pada keputusan untuk menaikkan harga BBM bersubsidi, meski ada perpindahan konsumsi dari BBM jenis pertamax ke premium.

"Kawan-kawan jangan berspekulasi dulu, sekarang ini upaya yang dilakukan adalah pencegahan penyelundupan, penyalahgunaan, dan kebocoran di jalan. Ini harus dihentikan," kata Hatta.

Kementerian Keuangan melaporkan bahwa realisasi subsidi bahan bakar minyak selama empat bulan pertama 2011 mengalami peningkatan lebih dari 100 persen dibanding periode yang sama tahun 2010.

"Realisasi subsidi BBM hingga 30 April 2011 mencapai Rp29,2 triliun atau 30,4 persen dari pagu APBN 2011 (Rp95,9 triliun)," kata Plt Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu, Bambang Brodjonegoro.

Pada periode yang sama tahun 2010, realisasi subsidi BBM hanya mencapai Rp10,9 triliun atau 12,2 persen dari pagu di APBNP 2010 sebesar Rp88,9 triliun.

Sementara itu realisasi subsidi listrik hingga April 2011 mencapai Rp9,6 triliun atau 23,6 persen dari pagu APBN 2011 (Rp40,7 triliun). Jumlah itu lebih rendah dibanding periode yang sama tahun 2010 yaitu hanya mencapai Rp11,0 triliun atau 20 persen dari pagu APBNP 2010 sebesar Rp55,1 triliun.

Realisasi total subsidi energi hingga April 2011 mencapai Rp38,8 triliun atau 28,4 persen dari pagu APBN 2011 sebesar Rp136,6 triliun. Jumlah itu meningkat dibanding periode yang sama tahun 2010 yang mencapai Rp21,9 triliun atau 15,2 persen dari pagu Rp144 triliun.

Sedangkan realisasi subsidi non energi mencapai Rp7,6 triliun atau 15 persen dari pagu APBN 2011 sebesar Rp51 triliun. Dengan demikian realisasi total subsidi sampai dengan 30 April 2011 mencapai Rp46,4 triliun atau 24,7 persen dari pagu Rp187,6 triliun. Jumlah ini meningkat dibanding periode yang sama tahun 2010 yang mencapai Rp21,9 triliun atau 10,9 persen dari pagu Rp201,3 triliun.

(ANTARA)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011