Soft power
 
Pembalap Mercedes Lewis Hamilton terlihat setelah memenangkan balapan selama Grand Prix Arab Saudi, Sirkuit Corniche Jeddah, Jeddah, Arab Saudi, Minggu (5/12/2021). ANTARA FOTO/Pool via REUTERS/Andrej Isakovic/RWA/sa.


Langkah-langkah agresif Saudi ini membuat negara-negara tetangga yang selama ini menjadi tempat langganan produksi film-film terkenal, menjadi tersaingi.

Salah satunya adalah Yordania yang mempunyai Wadi Rum di mana pengambilan gambar untuk film-film laris Hollywood sering dilakukan di sana, salah satunya “Dune”. Saudi sempat membujuk Hollywood agar membuat "Dune" di tanah Saudi.

Inisiatif membesarkan industri film Saudi adalah satu dari selaksa pemikiran reformis Pangeran Mohammed bin Salman yang dinobatkan sebagai putra mahkota pada 2017 dan menjadi penguasa de facto Saudi yang menentukan hampir segala urusan di negara itu.

Sang pangeran berusaha mengubah Saudi lebih terbuka, lebih modern, dan tak lagi menggantungkan diri kepada minyak, seperti termaktub dalam Visi 2030 yang dia canangkan demi memodernisasi Saudi.

Di tengah kontroversi yang meliputi dirinya, Mohamed bin Salman agresif mempromosikan wajah baru Saudi, termasuk mengenalkan serangkaian pergeseran sosial, mulai dari mencabut larangan mengemudi kendaraan bermotor bagi perempuan, sampai membolehkan pria dan wanita bareng dalam satu acara hiburan atau olahraga.

Kini, segala hal yang dulu dianggap mustahil bisa terjadi di Saudi, termasuk Festival Film Laut Merah yang dulu tak terbayangkan bakal ada festival film di Saudi.

"Ini titik balik, tapi kami masih menginginkan lebih," kata aktris Saudi Elham Ali kepada AFP saat momen karpet merah Festival Film Laut Merah lalu.

Rangkaian langkah Saudi dalam menampilkan wajah yang sama sekali baru itu ditempuh juga dengan melipatgandakan pengerahan soft power, mulai seni sampai olahraga dan sains, demi wajah baru Saudi itu.

Film dan sinema kini dipahami sebagai salah satu aspek soft power yang dapat membuka jalan bagi keberhasilan perubahan sosial dan ekonomi di Saudi.

Saudi sendiri kerap menunjuk Korea dan China sebagai referensi untuk bagaimana memoles diri lewat seni dan budaya agar bangsa semakin penting dalam konstelasi politik dunia.

K-Pop dan film-film Korea yang beriringan dengan penetrasi teknologi tinggi Korea ke segala penjuru jagat, membuat citra dan pengaruh Negeri Ginseng membesar di dunia.

Negara lain seperti Turki mengikutinya, dengan juga mengekspor film layar lebar dan layar kacanya, guna menaikkan citra globalnya yang bisa memperkuat Turki dalam banyak aspek hubungan internasional.

Saudi memahami semua ini. Negeri ini juga mencermati dua tetangganya di Teluk, yakni Qatar dan UEA, yang telah lama menggunakan soft power guna meningkatkan citra dan memupus gambaran buruk di mata dunia. Qatar dan UEA malah kini menjadi pemain besar dalam industri olahraga dan media.

Saudi berusaha mengikutinya. Ketika UEA dan Qatar memiliki Manchester City dan Paris Saint Germain, Saudi pun membeli Newcastle United yang terseok-seok musim ini namun diyakini bakal berubah sangat besar musim-musim mendatang.

Semua upaya yang ditempuh Saudi itu menyasar tiga hal, yakni menjadi langkah awal agar tak terlalu tergantung kepada minyak bumi, agar terhubung dengan kaum muda yang dominan dalam demografi Saudi, dan memupus citra internasional yang rusak terutama akibat kasus pembunuhan wartawan Jamal Khashoggi.

Banyak yang ragu, tapi banyak juga yang menyambut positif upaya Saudi dalam memperbaiki citra ini. Antusiasme cukup tinggi kepada GP Saudi dan Festival Film Laut Merah adalah dua dari sekian bukti sambutan positif khalayak terhadap langkah Saudi dalam mengubah citra yang lebih modern, lebih maju, lebih terbuka.

Baca juga: Lucid mau bangun pabrik mobil listrik di Jeddah

Baca juga: Cerita Arawinda saat hadiri Red Sea Film Festival di Arab Saudi

Baca juga: Festival Film Laut Merah gelar karpet merah edisi perdana

Copyright © ANTARA 2021