17 tahun lalu kita diuji dengan tsunami, kini kita diuji dengan pandemi COVID-19
Banda Aceh (ANTARA) - Setiap zaman ada ujiannya dan setiap ujian ada zamannya. Itulah ungkapan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil saat menyampaikan sambutan peringatan 17 tahun tsunami Aceh dipusatkan di pelataran Parkir Pelabuhan Ulee lheu, Kota Banda Aceh.

Pria yang akrab disapa Kang Emil tersebut, hadir sebagai tamu kehormatan dalam peringatan musibah besar yang menghantam Aceh pada penghujung 2004.

Kehadiran sang arsitek dengan sejumlah kegiatan ke ibu kota "Tanah Rencong" itu, juga bagian nostalgia akan karyanya di jantung Kota Banda Aceh, yakni Museum Tsunami Aceh.

“17 tahun lalu kita diuji dengan tsunami, kini kita diuji dengan pandemi COVID-19,” katanya.

Ia mengajak kepada semua pihak untuk bersama menanamkan dalam diri masing-masing, bahwa setiap peristiwa adalah pelajaran, setiap tempat adalah sekolah, setiap makhluk adalah guru.

"Karena itu, di manapun kita berada, marilah selalu mengambil hikmah terhadap apa yang terjadi," katanya.

Gubernur Aceh Nova Iriansyah menyatakan peringatan 17 tahun tsunami Aceh merupakan bagian mengaktualisasi terhadap musibah yang pernah terjadi dan bagian dari peningkatan edukasi kepada masyarakat.

“Peringatan ini yang paling utama adalah meningkatkan kesadaran kepada masyarakat terhadap bencana dan mengambil makna terhadap musibah dan mendekatkan diri dengan Sang Pencipta,” katanya.

Baca juga: 17 tahun tsunami Aceh, Bupati Aceh Barat ajak warganya jauhi maksiat

Ia menjelaskan dalam peningkatan siaga bencana tangguh bersama, edukasi menjadi hal yang tidak terpisahkan untuk dilakukan secara berkelanjutan.

“Sehingga anak cucu kita nantinya paham terhadap musibah yang pernah terjadi dan mereka dapat lebih siaga jika bencana itu terulang,” katanya.

Dalam kegiatan di tengah pandemi dan dihadiri banyak tokoh nasional itu, ia menginginkan tiga hal terkait dengan musibah tersebut, yakni menjadi wisata edukasi, wisata sejarah, dan wisata alam.

Ia menambahkan Aceh berada di daerah rawan bencana sehingga semua pihak harus saling berkolaborasi dan saling mendukung untuk mewujudkan masyarakat siaga bencana.

“Saya yakin dengan kolaborasi semua pihak kita akan mampu mewujudkan masyarakat siaga bencana tangguh bersama,” katanya.

Gubernur Aceh Nova Iriansyah juga menyampaikan terima kasih kepada 53 negara sahabat dan semua pihak yang telah membantu Aceh saat rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh dari dampak gempa dan tsunami.

“Berbagai pihak mulai dari seluruh provinsi hingga mancanegara dan semua pihak terjun langsung untuk membantu dan meringankan beban kita saat bencana,” katanya.

Ustadz Faizal Adriansyah dalam tausiahnya mengatakan musibah besar tersebut jangan pernah dilupakan sehingga perlunya adanya edukasi kepada seluruh generasi bangsa dan menjadi sarana mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa.

Peringatan tsunami Aceh yang dipusatkan di Ulee Lheue tersebut juga dirangkai dengan doa dan zikir dipimpin Ustadz Zamhuri Ramli, ziarah makam, pemberian santunan anak yatim, pameran foto tsunami, penghargaan untuk tokoh pemelihara dan perawat situs tsunami, serta pertunjukan kolaborasi.

Baca juga: Gubernur bertekad jadikan peringatan tsunami sebagai sarana edukasi

Untaian zikir dan doa juga berlangsung di tempat lainnya. Mereka bermunajat kepada Sang Pencipta untuk para keluarga dan saudara yang menjadi syuhada dalam musibah pada 26 Desember 2004.

Amar makruf

Dari kondang dari Riau, Ustadz Abdul Somad (UAS), mengatakan peringatan 17 tahun tsunami Aceh sebagai kegiatan untuk masyarakat berbuat amar makruf nahi mungkar.

"Acara peringatan tsunami adalah salah satu wasilah dari amar makruf nahi mungkar," katanya saat mengisi tausiah peringatan 17 tahun tsunami Aceh di Masjid Rahmatullah Lampuuk Kabupaten Aceh Besar.

Peringatan tsunami ini tidak untuk membuka kembali duka 17 tahun yang lalu, tetapi lebih menasihati diri bahwa semua dapat menjadi pembelajaran untuk berbuat lebih baik.

Ia mengatakan peringatan itu dapat memberikan hikmah kepada orang-orang untuk berhenti mabuk-mabukan, lalu bertobat.

Ia juga berpesan kepada jamaah untuk selalu mengajak orang agar berbuat baik dan melarang orang melakukan perbuatan yang mungkar.

Jika tidak melarang orang berbuat mungkar, kata UAS, maka dikhawatirkan Allah SWT akan menurunkan hukumannya.

"Ketika hukuman itu datang, kamu beramai-ramai ke tanah lapang, berzikir meminta kepada Allah. Doa kamu tidak dikabulkan kenapa, karena tidak melakukan amar makruf nahi mungkar," kata dia.

Ia menuturkan jika ada yang bertanya kenapa harus memperingati peristiwa yang sudah berlalu yang menyedihkan diri dan mengungkap kembali luka lama, maka dijawab semua ini untuk mengingatkan orang agar tidak berbuat dosa.

"Ini mengingatkan tentang orang yang tetap berani berbuat dosa, orang yang buat maksiat. Kamu semua akan ditanya dan diminta tanggung jawab oleh Allah SWT," katanya.

Baca juga: UAS: Peringatan 17 tahun tsunami adalah amar makruf nahi mungkar

Dalam kesempatan ini, ia juga mengajak jamaah terus bersedekah, minimal sekali sedekah air putih, karena para almarhum melihat semua perbuatan keluarganya hari ini.

"Semua amal kita hari ini dilihat oleh tiga, yakni Allah SWT, Rasulullah SAW, dan para almarhum," katanya.

Mantan Gubernur Nusa Tanggara Barat Dr. TGB Muhammad Zainul Majdi menyatakan semangat Aceh bangkit dari musibah tsunami pada akhir 2004 dapat menjadi pelajaran bagi bangsa Indonesia, khususnya untuk keluar dari pandemi COVID-19.

“Aceh yang luluh lantak akibat musibah akhir tahun 2004 silam, bisa bangkit kembali dan bahkan lebih baik lagi dari sebelumnya,” kata dia yang juga Wakil Komisaris Utama Bank Syariah Indonesia (BSI) di Banda Aceh.

Di sela-sela menghadiri peringatan 17 tahun tsunami Aceh di Banda Aceh, ia menjelaskan bangsa Indonesia dan dunia dapat belajar dari Aceh di mana di tengah keterpurukan dari bencana yang sangat luar biasa mereka tetap kompak, teguh, penuh kesabaran, dan kebersamaan untuk bangkit.

“Lewat kebersamaan, keteguhan, kekompakan, dan kesabaran mereka dapat melewati masa-masa paling sulit dan pedih itu, dan bahkan lebih baik dari sebelumnya,” katanya.

Apa yang dilakukan masyarakat Aceh tersebut, ujar dia, dapat menjadi pelajaran bagi dunia dan bangsa Indonesia khususnya, untuk keluar dari keterpurukan akibat pandemi.

“Kami yakin dengan pelajaran yang dapat kita ambil dari Aceh, kita bangsa Indonesia dapat keluar dari kesulitan dan akan lebih kokoh lagi,” katanya.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengatakan edukasi dan literasi terhadap bencana harus terus ditingkatkan sehingga masyarakat siap menghadapi bencana.

“Mitigasi bencana tidak hanya serta-merta didukung oleh teknologi, tapi juga harus dibarengi dengan meningkatnya kesadaran bencana terhadap bencana,” katanya secara virtual dalam peringatan 17 tahun tsunami Aceh.

Baca juga: Ridwan Kamil menyusuri sejarah tsunami tahun 2004 di Aceh

Tsunami yang melanda Aceh pada penghujung 2004 tersebut, juga melanda 14 negara lainnya dengan jumlah korban meninggal dunia 230 ribu jiwa.

“Kehadiran teknologi memberikan pengetahuan dan juga waktu kepada masyarakat bersiap siaga mencari perlindungan dan meminimalisir dampak dari bencana,” katanya.

Upaya kesiapsiagaan bencana harus dibangun secara bersama-sama sehingga masyarakat dapat siaga bencana dan tangguh terhadap bencana.

“Saya mengajak semua pihak bersama-sama untuk mengampanyekan masyarakat sadar akan bencana,” katanya.

Ia juga berharap, di tengah bencana alam dan non-alam, yakni pandemi COVID-19, masyarakat harus sama-sama meningkatkan solidaritas, kolaborasi, melakukan literasi dan edukasi sehingga terbentuk masyarakat siaga dan tangguh bencana.

Baca juga: Ridwan Kamil ungkap pengalaman emosional merancang Museum Tsunami Aceh
Baca juga: Sandiaga: Edukasi dan literasi perlu ditingkatkan hadapi bencana
Baca juga: Peringatan Tsunami Aceh dipusatkan di Ulee Lheue

 

Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2021