Hong Kong (ANTARA) - Pasar saham Asia tergelincir pada awal perdagangan Rabu, menyusul sesi Wall Street yang beragam karena investor kawasan itu memposisikan portofolio mereka untuk tahun baru dan terus bergulat dengan meningkatnya jumlah global kasus virus corona Omicron.

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang merosot 0,25 persen, setelah enam sesi beruntun menguat, menyusul perdagangan AS yang bergejolak.

Ada kerugian di bursa Hong Kong yang melemah 0,6 persen akibat penurunan saham teknologi daratan, sementara saham-saham unggulan China turun 0,25 persen.

Indeks Nikkei Jepang juga terpangkas 0,58 persen pada Rabu pagi setelah mencapai level tertinggi satu bulan sehari sebelumnya.

Baca juga: Saham Asia naik dan yen jatuh, investor abaikan kekhawatiran Omicron

Tetapi di Australia, ASX 200 naik 1,0 persen di awal sesi meskipun negara bagian terpadat di negara itu, New South Wales, mengumumkan 11.201 kasus baru virus corona.

Pasar yang bergejolak biasa terjadi pada akhir Desember karena para fund manager bersiap untuk memisahkan pembukuan mereka untuk tahun ini dan volume perdagangan tipis karena hari libur di beberapa pasar utama seperti Australia.

"Biasanya, saat ini investor global mulai memikirkan kembali posisi portofolio mereka dan mereka memperkirakan risiko yang akan terjadi pada 2022," kata Jim McCafferty, kepala penelitian ekuitas APAC.

"Inflasi meningkat di Eropa dan AS, lebih terkendali di Asia, jadi orang mencari posisi portofolio mereka untuk mengurangi inflasi. Dalam ekuitas, orang melihat perusahaan yang dapat meneruskan kenaikan harga di masa depan dan perusahaan dengan pertumbuhan dividen sebagai salah satu cara investor dapat menghasilkan pendapatan."

Baca juga: Saham Asia dan minyak cenderung melemah, tertekan kekhawatiran Omicron

Meningkatnya jumlah kasus Omicron tidak menakuti investor sebanyak yang ditakuti pertama kali mengingat tingkat kematian belum melonjak dan prospek penguncian global tetap tipis.

"Investor bergerak maju dan melihat apa dampaknya jika kembali normal," kata McCafferty.

Indeks Dow Jones Industrial Average naik 0,26 persen pada Selasa (28/12/2021). Indeks S&P 500 mencapai rekor tertinggi intraday selama sesi tetapi melemah menjadi mengakhiri hari dengan 0,10 persen lebih rendah. Komposit Nasdaq juga kehilangan 0,56 persen.

Imbal hasil acuan obligasi pemerintah AS 10-tahun berada di 1,4773 persen dibandingkan dengan posisi penutupan AS 1,481 persen pada Selasa (28/12/2021). Imbal hasil obligasi dua tahun, yang naik karena ekspektasi pedagang untuk suku bunga dana Fed yang lebih tinggi, menyentuh 0,7461 persen setelah mencapai 0,758 persen pada sesi sebelumnya, mendekati tertinggi dua tahun.

Ini, bersama dengan suasana hati yang lebih hati-hati untuk ekuitas, sedikit membantu penguatan dolar. Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, berada di 96,23, naik dari terendah 95,958 pada Jumat (24/12/2021).

Minyak mentah AS naik 0,25 persen menjadi diperdagangkan di 76,17 dolar AS per barel. Minyak mentah Brent juga menguat menjadi diperdagangkan di 79 dolar AS per barel.

Emas sedikit lebih rendah. Emas di pasar spot diperdagangkan di 1.804,56 dolar AS per ounce.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021