Melalui riset ini, kami harap dapat menjadikan Tidore sebagai lokasi wisata bahari yang tidak hanya mendapat perhatian wisatawan mancanegara tetapi juga wisatawan domestik...
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menguak arkeologi warisan budaya maritim dan bawah air Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara, yang memilliki peran ekonomi signifikan terutama pada jalur rempah era kolonial.

"Dalam sejarah maritim dunia, Indonesia dan pulau­-pulaunya memainkan peran ekonomi yang signifikan karena posisinya yang strategis di Jalur Rempah dan Sutra Laut," kata Plt Kepala Badan Riset dan SDM KKP Kusdiantoro dalam siaran pers di Jakarta, Kamis.

Ia mengemukakan, KKP telah mendiseminasikan hasil riset kajian arkeologi Benda Muatan Kapal Tenggelam (BMKT), Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) melalui Loka Riset Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir (LRSDKP) dan Pusat Riset Kelautan (Pusriskel).

Kusdiantoro menerangkan bahwa dokumentasi serta diseminasi hasil riset menjadi faktor penting dalam keberhasilan implementasi kebijakan dan program pemerintah.

"Kami terus berusaha mendiseminasikan hasil riset BRSDM, agar riset yang dihasilkan dapat tersampaikan kepada lembaga terkait maupun stakeholders (pemangku kepentingan) untuk mendorong percepatan pemanfaatan hasil riset serta bermanfaat dalam membuat rumusan kebijakan, regulasi, atau pengembangan teknologi," katanya.

Tak hanya itu, ujar dia, riset arkeologi maritim juga terlaksana bertujuan untuk pengelolaan wisata bahari berkelanjutan dan penguatan narasi sejarah dan budaya maritim di Kota Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku Utara.

Ia mengungkapkan, kajian riset budaya maritim dan bawah air Kota Tidore Kepulauan telah terlaksana sejak 2019, namun pada 2020 sempat terhenti karena adanya pandemi COVID-19, kemudian aktivitas tersebut dilanjutkan kembali pada 2021.

Kajian ini juga terlaksana sebagai tindak lanjut permohonan dari Walikota Tidore, Ali Ibrahim, pada 2018, tentang dukungan riset bagi pengungkapan Sejarah Maritim terkait Ekspedisi Magellan-Elcano untuk mendukung peringatan Sail Tidore 2022, yang juga bertepatan dengan Peringatan 500 Years Circumnavigation of the World oleh Ferdinand Magellan dan Juan Sebastian Elcano.

“Melalui riset ini, kami harap dapat menjadikan Tidore sebagai lokasi wisata bahari yang tidak hanya mendapat perhatian wisatawan mancanegara tetapi juga wisatawan domestik. Di mana pada 2022, juga akan dilaksanakan lomba fotografi bawah air menguak benda bermuatan sejarah di laut Tidore,” lanjutnya.

Penelitian ini juga mendapat dukungan langsung pemerintah daerah, yakni Ali Ibrahim, Walikota Tidore Kepulauan. Pihaknya mendukung sepenuhnya riset BMKT yang dilaksanakan LRSDKP BRSDM di Kota Tidore Kepulauan dalam rangka menyambut Sail Tidore 2022.

Kepala Pusriskel, I Nyoman Radiarta, mengungkapkan riset maritim ini juga mengalami berbagai kendala, tak hanya karena pandemi, tetapi juga lokasi dan jarak tempuh dari pengambilan data. Namun demikian, tantangan tersebut bukanlah halangan untuk menguak potensi BMKT di kawasan perairan Indonesia.

"Situs BMKT menjadi salah satu prioritas riset BRSDM. Tentunya hasil penelitian ini dapat menjadi scientific-based untuk program prioritas KKP, khususnya dalam mengembangkan kampung-kampung perikanan berbasis kearifan lokal, dalam hal ini kampung wisata bahari. Karena riset arkeologi ini sangatlah komprehensif, melibatkan berbagai aspek keilmuan. Ini juga merupakan salah satu langkah strategis BRSDM untuk memberikan informasi literasi maritim tentang Indonesia," katanya.

Sementara itu, Kepala LRSDKP, Nia Naelul Hasanah, menerangkan bahwa penelitian ini terlaksana melalui serangkaian riset, yang menemukan antara lain dua situs bawah air yakni Situs Soasio dan Situs Tongowai.

Situs Soasio terletak di Tanjung Soasio, dengan posisi tepat di seberang Benteng Tahula yang merupakan benteng pertahanan Spanyol yang digunakan hingga 1662. Situs ini secara administratif bagian dari Kelurahan Soasio, Kecamatan Tidore. Situs bawah air Soasio berada di kedalaman 15­-20 m.

Beberapa artefak ditemukan terkubur di dasar laut dan beberapa terletak di permukaan dasar laut yang ditutupi oleh terumbu karang. Temuan sampel artefak keramik dari Soasio berupa fragmen piring dan mangkok keramik biru putih dari Tiongkok dari masa Dinasti Ming, yaitu dari masa pemerintahan Kaisar Wanli (1572-1620), 1 piring utuh bermotif flora fauna diproduksi di Swatouw, Tiongkok Selatan masa Kaisar Wanli, dan 1 jenis keramik dari masa Kaisar Tianqi (1620-1627).

"Untuk Situs Tongowai, terletak di Kelurahan Tongowai, Kecamatan Tidore Selatan. Situs Tongowai terletak di kedalaman 30-42 meter dengan visibilitas jernih 10-25 meter. Temuan artefak berupa sebuah meriam dan sejumlah fragmen guci gerabah. Meriam besi yang tampak utuh ditemukan di kedalaman 37-42 meter," katanya.

Baca juga: KKP teliti arkeologi maritim guna optimalkan wisata bahari Tidore

Baca juga: Temuan batu dakon indikasi jejak hunian tua di Tidore

Baca juga: Arkeolog identifikasi benteng berciri Eropa di Tidore

Baca juga: Pemkot Tidore gelar diskusi riset arkeologi maritim jalur rempah

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2021