Cirebon (ANTARA News) - Ratusan undangan yang akan menghadiri pernikahan adik Sultan Saladin yaitu Ratu Setiawati dengan Ahmad Syarif Hidayatullah, Minggu malam tertahan di pintu Gerbang Keraton Kanoman karena dijaga pasukan dari Magersari Keraton yang masih menganggap Sultan Emirudin sebagai Sultan yang sah. Ratusan tamu lainnya terpaksa pulang kembali, sementara sebagian lain menunggu sampai akhirnya pintu sebelah Timur dibuka pukul 20.15 WIB, setelah Kapolresta Cirebon AKBP Rochiyanto sebagai wakil penegak hukum di Indonesia meminta izin untuk membiarkan tamu undangan masuk dari pintu Timur sementara pintu utama tetap dalam keadaan tertutup. Penutupun pintu-pintu masuk Keraton Kanoman merupakan perintah Sultan Emirudin yang merasa dilecehkan setelah saudara lain ibu yaitu Sultan Saladin mencantumkan Sultan Kanoman XII pada sebuah Surat Undangan Pernikahan adiknya. Ratu Raja Arimbi, Juru Bicara Keraton Kanoman mengatakan, pihaknya tidak mempermasalahkan pernikahan Ratu Setiawati SP di tempat Balai Prabayaksa Kanoman karena Setiawati juga dianggap merupakan anak Rama mereka, Sultan Kanoman XII H Jalaludin. "Yang kami permasalahkan adalah pencantuman Gelar Sultan Kanoman yang menyalahi adat," katanya yang didampingi dua Magersari (Pemangku Adat, red.) Subrata, Ketua Magersari Keraton Barata dan Sukmajaya, Ketua Magersari Wilayah III Cirebon. Ia menjelaskan, pihaknya sudah meminta agar pencantuman itu dicabut tetapi tidak ada jawaban sehingga Sultan yang mempunyai kedaulatan di wilayah Keraton memerintahkan penutupan seluruh gerbang keraton. "Saya tegaskan yang membuka pintu bukanlah kami tetapi pihak kepolisian karena kami tidak berani membantah perintah Sultan, dan kami akan menagih janji penyelesaian masalah ini yang dilontarkan Kapolresta tadi," katanya. Subrata juga meminta kepada kepolisian untuk mengusut kasus percobaan pengrusakan gerbang keraton oleh sekelompok orang yang diduga keras mendapat perintah Sultan Saladin. "Mereka bukan dari keluarga keraton, jumlahnya sekitar 15 orang. Kami akan melaporkan kasus ini," katanya. Sementara Sultan Saladin yang dimintai komentar menegaskan, bahwa ia masih menganggap sebagai Sultan Kanoman XII berdasarkan wasiat Rama Sultan Kanoman XI sebelum wafat. Namun ia menolak mengomentari penutupan gerbang keraton, karena dikuatirkan makin memperuncing masalah, apalagi suasana resepsi pernikahan sudah berjalan lancar karena tamu undangan akhirnya bisa masuk lokasi acara. Puluhan petugas kepolisian masih berjaga-jaga di sekitar Gerbang Keraton Kanoman sampai acara selesai sekitar pukul 22.15 WIB, sementara berdasarkan penelusuran ANTARA pada buku tamu, jumlah undangan yang datang ke lokasi resepsi pernikahan sekitar 250 orang. TD Sudjana, Budayawan Cirebon mengungkapkan, kemungkinan masih ada momentum lain yang akan digunakan oleh Sultan Saladin untuk kembali menginginkan pengakuan sebagai Sultan Kanoman XII. "Kemungkinan terus-menerus akan begini, kalau Sultan Saladin tidak legowo untuk menerima aturan adat," katanya. Ia juga mengungkapkan, rebutan tahta juga pernah terjadi untuk posisi Sultan Kanoman VII antara Putra Sultan Komarudin yang berdarah biru dengan putra lainnya yang berdarah Prancis yang bernama Pangeran Raja Carbon. "Rebutan tahta itu masuk Pengadilan dan dimenangkan Putra Mahkota dari darah biru dan diangkat menjadi Sultan Kanoman VII yaitu bernama Sultan Komarudin II," katanya. Sultan Komarudin mempunyai istri yang merupakan anak dari Residen Cirebon berkebangsaan Belanda namun berdarah Prancis sehingga sang anak juga mempunyai wajah yang lebih mirip sang ibu dengan kulit putih.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006