Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) melihat prospek nilai tukar selama sisa waktu 2011 diperkirakan stabil dengan kecenderungan menguat, sementara pada 2012 agak melemah dibanding tahun ini sejalan dengan menurunnya Neraca Pembayaran Indonesia.

"Membaiknya rupiah pada 2011 dilatarbelakangi antara lain oleh perkiraan masih besarnya likuditas global dan terjadinya diskrepansi kebijakan antara negara-negara maju dan negara-negara berkembang," kata Gubernur BI Darmin Nasution di Jakarta, Kamis.

Menurutnya, kombinasi dari dua hal itu diperkirakan menarik aliran dana ke negara-negara emerging markets, termasuk Indonesia yang juga didukung ekspektasi positif kinerja perekonomian domestik.

Selain itu, stabilitas pergerakan rupiah selama 2011 juga ditopang oleh masih tingginya imbal hasil investasi dalam rupiah dan didukung oleh perkembangan sovereign credit rating Indonesia yang terus membaik.

"Atas dasar pertimbangan tersebut, kami berpandangan bahwa rata-rata nilai tukar rupiah tahun 2011 akan berada pada batas bawah kisaran Rp8.500-Rp9.000 per dolar AS lebih kuat dibandingkan asumsi APBN 2011 sebesar Rp9.250.

Sebagai informasi, rata-rata nilai tukar rupiah sampai dengan akhir Mei 2011 tercatat sebesar Rp8.778 per dolar," katanya.

Pada 2012, menurut Darmin BI memperkirakan nilai tukar agak melemah dibanding perkiraan 2011, sejalan dengan surplus NPI yang menurun terutama dari current account akibat meningkatnya impor sejalan dengan meningkatnya aktivitas ekonomi.

Selain itu, arus masuk modal asing diperkirakan juga cenderung menurun seiring dengan semakin tipisnya disparitas suku bunga kebijakan negara maju versus emerging, sehingga atas dasar pertimbangan tersebut, BI berpandangan bahwa rata-rata nilai tukar rupiah tahun 2012 akan berada pada kisaran Rp8.600-Rp9.100 per dolar AS.(*)

D012/S025

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011