"Cukuplah masyarakat yang sudah terpuruk saat ini menerima keadaan yang ada, jangan ditambah dengan masalah lain yang secara demonstratif mempertontonkan aurat dan menyinggung perasaan umat beragama," kata Din.
Jakarta (ANTARA News) - Pimpinan Muhammdiyah mengimbau penerbit Playboy edisi bahasa Indonesia menghentikan rencananya untuk mencegah timbulnya reaksi keras dari masyarakat, khususnya umat Islam, karena penerbitan majalah itu akan menjadi pemicu bagi ketidaksabaran umat atas pornografi dan pornoaksi yang kini semakin merebak. Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin ketika dihubungi dari Jakarta, Senin, juga meminta kepada Menkominfo, polisi, KPI dan DPR agar mengambil langkah-langkah penertiban supaya tidak muncul konflik yang tidak diinginkan. Din yangjuga Wakil Ketua MUI menyatakan ia sudah menerima banyak masukan dari masyarakat, khususnya kaum muslimin yang menolak dengan keras rencana penerbitan majalah "dewasa" tersebut. "Cukuplah masyarakat yang sudah terpuruk saat ini menerima keadaan yang ada, jangan ditambah dengan masalah lain yang secara demonstratif mempertontonkan aurat dan menyinggung perasaan umat beragama," kata Din. Imbauan tersebut juga ditujukan Din kepada media massa lain yang memiliki "resep" sama untuk menjual produknya. "Pemerintah seharusnya menghentikan yang sudah ada, dan jangan lagi menambah," katanya. Jika Playboy edisi Indonesia dibiarkan terbit, begitu juga dengan media massa bermuatan pornografi dan pornoaksi lainnya, maka mereka akan merusak generasi muda dan pada akhirnya akan menurunkan moralitas masyarakat dan bangsa, tambah Din. Ketika ditanya komenrarnya tentang dalih penerbit majalah itu agar pemerintah dan pihak berwenang tidak diskriminatif karena mereka tidak akan memuat foto telanjang wanita Indonesia, dan foto-foto tidak telanjang tersebut juga ada di media massa lainnya yang sudah ada, Din mengatakan itu merupakan taktik agar mereka bisa terbit. "Kita semua tau isi sesungguhnya majalah Playboy dan apa yang menjadi dagangan utamanya," kata Din. Dia mengingatkan sebaiknya investor dan pemegang lisensi Playboy Indonesia untuk berusaha di bidang lain yang tidak mempertontonkan aurat dan menyinggung perasaan umat beragama.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006