Jakarta (ANTARA News) - Setelah empat tahun tak bermonolog, Aktor Butet Kartaredjasa yang dikenal sebagai "Raja Monolog" akan kembali menggelar pentas berjudul "Matinya Toekang Kritik". Matinya Toekang Kritik, karya Agus Noor, akan dipentaskan pertama kali di Graha Bakti Budaya Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, selama tiga hari sejak 3 Februari 2006, mulai pukul 20.00. "Pementasan akan dilanjutkan di Jogya dan Surabaya," kata Butet kepada ANTARA, Senin. Seperti biasa, Butet tidak lupa menggandeng adiknya, Djaduk Ferianto sebagai penata musik dan mempercayakan penataan artistik pada seniman Jogya, Ong Harry Wahyu, dan supervisi penyutradaraan oleh Whani Darmawan. Menurut rencana, pementasan keliling itu akan berlangsung di Konser Hall Taman Budaya Yogyakarta (11-12 Februari) dan di Taman Budaya Cak Durasim Surabaya (17 - 18 Februari). "Lakon Matinya Toekang Kritik (MTK) berkisah tentang Raden Mas Suhikayatno, tukang kritik nomer wahid yang hidup melintasi zaman demi zaman," tutur Butet, putra budayawan Bangong Kussudiardjo. Dikisahkan bahwa dari zaman ke zaman, si Raden itu mencoba bertahan menjadi tukang kritik, meski perbuatannya itu selalu mendapat cibiran bahkan namanya dihapus dari ingatan zaman. Sosoknya bagai penggerak sejarah, yang kemudian dilupakan dan kesepian. "Lakon ini mencoba menggambarkan keberadaan tukang kritik yang memang ada pada setiap zaman. Tukang kritik itu suara zaman, tapi seringkali perannya dikucilkan. Itulah yang membuat tokoh Raden Mas Suhikayatno merasa begitu kesepian," kata Butet yang dengan jenaka memungut nama Suhikayatno dengan asal kata "hikayat" dan suku kata akhir "no". Kata "hikayat" bermakna cerita dan suku kata "no" biasa diidentikan miliknya orang Jawa. "Bisa jadi tokoh Raden Mas Suhikayatno itu merupakan gambaran unik dari seorang tukang kritik. Kita bisa memahami bagaimana kompleksitas jiwa seorang yang memilih menjadi tukang kritik," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006