"Pancasila menjadi jaminan bahwa negara melindungi kebebasan memeluk agama, sekaligus mengakomodasi penyelenggaraan aktivitas keagamaan," kata Wapres saat meresmikan rumah ibadah enam agama di Universitas Pancasila Jakarta, Rabu.
Sebagai dasar negara, lanjut Wapres, Pancasila sejalan dengan nilai-nilai agama yang dianut oleh masyarakat Indonesia. Hal itu juga menunjukkan pluralitas agama di Indonesia merupakan keniscayaan yang harus disyukuri dan dipelihara oleh seluruh elemen masyarakat.
"Keberagaman ini, apabila kita rawat dengan pengetahuan dan toleransi, maka akan menjadi kekayaan yang luar biasa, yang jarang dimiliki oleh bangsa lain di dunia," tegasnya.
Baca juga: Ma'ruf Amin harap rumah ibadah enam agama berdekatan bukan cuma simbol
Untuk menjaga keberagaman di tengah kemajemukan bangsa Indonesia, Wapres mengatakan toleransi menjadi kunci utama yang harus dilakukan seluruh masyarakat.
Dengan menjunjung tinggi toleransi antarumat, tambahnya, maka bangsa Indonesia dapat terhindar dari upaya yang memecah persatuan, seperti radikalisme dan ekstremisme.
"Toleransi adalah kuncinya. Toleransi membimbing kita pada moderasi beragama, sehingga kita terhindar dari fanatisme yang dapat mengarah pada fundamentalisme, radikalisme dan ekstremisme," jelasnya.
Baca juga: Wapres resmikan enam rumah ibadah di Universitas Pancasila
Wapres mengatakan kerukunan antarumat beragama di Indonesia mendapat pengakuan dari negara lain, karena nilai-nilai toleransi di berbagai daerah akan dikembangkan ke seluruh dunia.
Majelis Hukama Al Muslimin, yang merupakan badan independen cendekiawan muslim lintas negara, pernah datang menemui Wapres dan menyatakan keinginan mereka belajar tentang toleransi antarumat beragama dari Indonesia.
"Ini saya kira kebanggaan kita, karena kita bisa merawat toleransi ini," ujarnya.
Oleh karena itu, Wapres berharap seluruh masyarakat dapat terus menjaga toleransi antarumat, sehingga kerukunan di Indonesia dapat terjaga.
Baca juga: Wapres ajak pemuka lintas agama bangun koalisi perdamaian global
Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2022