Jakarta (ANTARA News) - Pengamat ekonomi dari Standard Chartered Fauzi Ichsan mengatakan bahwa perekonomian Indonesia ke depan akan semakin menarik bagi investor asing mengingat pertumbuhan dan stabilitas makro ekonomi yang terus terjaga.

"Pelaksanaan Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) di Jakarta merupakan bukti bahwa Indonesia sudah menjadi fokus investor dunia setelah dalam dua sampai tiga tahun terakhir ekonominya terus meningkat dengan rating satu lapis di bawah investment grade," kata Fauzi disela pelaksaaan WEF di Jakarta, Senin.

Fauzi juga optimistis dalam waktu paling lambat satu tahun sejumlah lembaga rating internasional akan menaikkan Indonesia ke peringkat "investment grade" mengingat mereka sudah menilai Indonesia dengan peringkat utang di bawah investmen grade dengan outlook positif.

"Standard and Poor`s dan Fitch Rating sudah memberikan nilai risiko utang pemeritah BB+ dengan outlook positif. Kalau nanti dinaikkan menjadi investment grade, dampaknya akan sangat besar bagi Indonesia," kata Fauzi.

Peringkat investment grade, lanjutnya akan mendorong perusahaan-perusahaan asing masuk ke Indonesia, termasuk dana-dana yang dibawa untuk ditanamkan di Indonesia baik di investasi portofolio dan investasi langsung.

"Masuknya dana-dana asing akan membuat rupiah menguat menjadi Rp8.300 per dolar AS pada akhir tahun dan Rp8.100 per dolar AS pada awal tahun 2012," katanya.

Investasi yang masuk, katanya, harus dimanfaatkan untuk pembangunan infrastruktur seperti jalan tol, pembangkit listrik dan pelabuhan yang selama ini merupakan kelemahan dari pembangunan perekonomian di Indonesia.

"Kendala perekonomian Indonesia masih klasik dan sebenarnya sudah disadari Pemerintah yaitu persoalan infrastruktur. Namun investor mengetahui bahwa dengan infrastruktur yang lemah saja ekonomi Indonesia tetap tumbuh 6 - 6,5 persen, apalagi kalau infrastruktur membaik bisa saja pertumbuhan 8 persen," katanya.

Menurutnya, untuk membangun infrastruktur Indonesia membutuhkan dana sekitar 150 miliar dolar AS, sementara yang bisa dibiayai APBN hanya 20 persen atau 30 miliar dolar AS, sedangkan sisanya harus dibantu oleh swasta baik asing dan domestik.

Selain itu, pembangunan infrastruktur juga membutuhkan kepastian hukum seperiti dalam pembebasan lahan dan kepastian bisnis untuk menaikkan harga tarif tol atau listrik dikaitkan dengan inflasi dan kenaikan harga bahan baku.

Sementara untuk pertumbuhan ekonomi ke depan, Fauzi memprediksi pada tahun 2012 bisa mencapai 7 persen mengingat sektor konsumsi masih memiliki potensi kenaikan dan harga komoditas yang akan terus melonjak serta perbaikan infrastruktur yang mulai dilakukan Pemerintah.

(ANTARA/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011