Jakarta (ANTARA News) - Nilai mata uang rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta Senin melemah 20 poin ke posisi Rp8.540 dibanding posisi terakhir sebelumnya Rp8.520.

Pengamat pasar uang David Sumual mengatakan, melambatnya perekonomian dunia dan belum adanya tanda-tanda pemulihan, masih menjadi perhatian pelaku pasar uang di "emerging market" termasuk di dalam negeri sehingga membuat mata uang rupiah kembali melemah terhadap dolar AS.

Ia menambahkan, melemahnya indeks harga saham gabungan (IHSG) juga berdampak negatif sehingga berimbas pada pasar uang sehingga rupiah kembali "rally" bergerak melemah terhadap dolar AS.

"Rupiah melemah seiring dengan pelemahan IHSG yang turun hari ini," kata dia.

Ia mengatakan, belum adanya tanda-tanda bangkitnya perekonomian di Amerika Serikat (AS) berdampak pada perekonomian di dalam negeri ikut melambat membuat pelaku pasar cenderung mengalihkan ke "savety asset".

Kendati demikian, diselenggarkannya Forum Ekonomi Dunia - Asia Timur (World Economic Forum on East Asia/WEF-EA) di Indonesia akan memberi informasi kepada investor asing mengenai prospektifnya pasar investasi di dalam negeri.

"Di WEF-EA banyak pebisnis, CEO (chief executive officer) dunia menjadi tahu bahwa Indonesia mempunyai fundamental ekonomi yang kuat untuk ke depannya," kata dia.

Ditambah dengan, lanjut dia, peringkat ekonomi Indonesia yang akan berada dalam level investment grade (tujuan investasi) yang diprediksi akan di dapat tidak lama lagi.

Kendati dalam pertemuan WEF-EA dibicarakan lebih banyak mengenai perkembangan ekonomi global, hal itu dapat membuat Indonesia menjadi salah satu indikasi kepercayaan internasional terhadap ekonomi Indonesia yang semakin solid dan diperhitungkan.

"Ada beberapa teman saya bertanya, bukannya Indonesia sedang dalam krisis? dengan adanya WEF-EA yang diselenggarakan di Indonesia mereka akan menjadi paham tentang fundamental dalam negeri," kata dia.

Ia mengatakan, kesempatan baik ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh pemerintah untuk menarik investor secara maksimal untuk menanamkan dananya bersifat langsung dan jangka panjang.

(ANTARA/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011