New York (ANTARA News) - Harga minyak dunia bervariasi dengan penyimpangan tajam pada Senin waktu setempat, karena pedagang memiliki ekspektasi berimbang antara meningkatnya produksi Arab Saudi dengan berita tentang gangguan baru pasokan di Nigeria.

Kontrak utama New York, minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman Juli, yang dikenal sebagai West Texas Intermediate (WTI), turun 1,99 dolar AS menjadi 97,30 dolar AS per barel.

Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk Juli naik 32 sen menjadi 119,10 dolar AS per barel, menandai sebuah rekor perbedaan harga hampir 22 dolar AS antara kedua kontrak acuan.

Penurunan tajam harga WTI adalah karena "fundamental lemah di AS" dan perbaikan saluran pipa Keystone, yang mengirimkan minyak mentah dari Kanada ke Amerika Serikat, kata Matt Smith, seorang analis Summit Energy.

Harga juga tertekan oleh ekspektasi bahwa Arab Saudi akan memproduksi lebih banyak minyak mentah setelah gagal meraih sebuah peningkatan produksi dari 12-negara Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC).

Riyadh minggu lalu mendorong OPEC untuk meningkatkan produksi di tengah kekhawatiran bahwa harga minyak yang tinggi bisa merugikan pemulihan ekonomi global, tapi ditolak oleh Iran dan sekutunya.

Dilaporkan bahwa Arab Saudi secara sepihak meningkatkan produksi sebanyak 10 juta barel per hari "jelas menempatkan beberapa tekanan turun" pada harga minyak, kata Phil Flynn, seorang analis PFG Best Research.

Kuota resmi OPEC Arab Saudi adalah 8,05 juta barel per hari tetapi Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan negara itu sudah menghasilkan di atas jumlah tersebut, yakni sebesar 8,8 juta barel sehari.

Sementara ketegangan di sisi penawaran di Afrika dan Timur Tengah membantu mendongkrak harga Brent, dengan berita tentang masalah (gangguan) pasokan baru di Nigeria, produsen minyak terbesar kedelapan dunia.

Shell di Nigeria pada Senin memperingatkan bahwa pihaknya tidak mungkin dapat memenuhi kewajiban kontrak untuk Juni dan Juli pada minyak mentah Bonny Light -- jenis minyak Nigeria -- setelah kebakaran dan kebocoran melanda beberapa saluran pipa minyak yang dituding karena sabotase.

Nigeria telah mengalami serangan berulang pada fasilitas minyak dalam beberapa tahun terakhir di tengah kerusuhan di wilayah utama penghasil minyak, Delta Niger.

Berlanjutnya kerusuhan di Libya dan Suriah juga menopang pasar. "Masih ada beberapa kekhawatiran tentang hilangnya minyak Libya yang memelihara dukungan pada harga minyak mentah Brent," kata Flynn, demikian AFP melaporkan.(A026/A023/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011