New York (ANTARA News) - Harga minyak merosot 1,6 persen, Senin, ketika para dealer mengantisipasi laporan pemerintah AS yang akan memperlihatkan naiknya lagi stok minyak mentah AS. Membengkaknya stok minyak mentah ini menunjukkan melambatnya perekonomian di negara konsumen terbesar energi dunia itu telah memukul konsumsi bahan bakar. Untuk menghadapi kemungkinan harga yang kian merosot, para anggota OPEC terpaksa mematuhi pelaksanaan pemangkasan produksi besar-besaran untuk menyetabilkan pasar. Harga minyak telah anjlok lebih dari 100 dolar dari rekor tertinggi di atas 147 dolar per barel yang dicapai Juli lalu. Minyak mentah AS turun 74 sen menjadi 345,73 dolar per barel, setelah sempat mencapai harga tinggi 48,59 dolar. Minyak mentah Brent di pasar London melemah 1,44 dolar menjadi 46,93 dolar per barel. Para analis energi memperkirakan laporan mingguan Badan Informasi Energi (IEA) mengenai cadangan minyak mentah akan memperlihatkan kenaikan untuk kelima kalinya berturut-turut  akibat melemahnya permintaan energi. Laporan IEA itu akan dirilis Rabu. "Pasokan minyak mentah kemungkinan akan menunjukkan kenaikan lagi, sedangkan impor bertambah 500.000 barel per hari mengingat tersedianya pasokan di luar negeri ... dan menurunnya aktivitas penyulingan," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch & Associate di Galena, Illionis, kepada Reuters. Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) telah sepakat memangkas produksi hariannya sebesar 4,2 juta barel sejak September, namun yang tetap menjadi pertanyaan  apakah penurunan produksi itu cukup memadai untuk mengimbangi terus merosotnya permintaan. Presiden AS, Barack Obama, merasa yakin harga minyak dan energi lainnya tak mungkin akan terus murah dalam waktu lama, kata jurubicara Gedung Putih, Robert Gibbs, Senin. "Presiden percaya harga minyak dan harga energi tak mungkin akan terus bertahan pada level seperti saat ini," kata Gobbs dalam suatu taklimat. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2009