Jakarta (ANTARA News) - Bank Mandiri bersama BNP Paribas dan Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) sepakat memberikan kredit sindikasi sebesar 600 juta dolar AS kepada PT Newmont Nusa Tenggara.

Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Riswinandi mengemukakan bahwa sebagai bank terbesar di Indonesia, Bank Mandiri akan terus meningkatkan peran aktif dalam mengembangkan industri pertambangan di Indonesia untuk mendorong pertumbuhan perekonomian nasional.

"Saat ini industri pertambangan di Indonesia merupakan industri yang menarik karena pertumbuhan yang sangat signifikan dalam 10 tahun terakhir, seperti terlihat dari perkembangan perusahaan pertambangan batu bara, emas, ferro-nikel. Kami berharap peran aktif Bank Mandiri dapat mendorong kontribusi yang lebih baik dari sektor pertambangan terhadap ekonomi Indonesia," kata Riswinandi.

Dijelaskannya, kredit kepada Newmpunt tersebut akan digunakan untuk mendukung Belanja modal dan operasial tambang emas dan tembaga di Batu Hijau, Nusa Tenggara Barat.

Bank Mandiri bersama BNP Paribas dan SMBC bertindak sebagai Original Mandated Lead Arrangers dan Book Runners bagi kredit sindikasi yang memiliki tenor selama lima tahun itu.

Selain sebagai Original Mandated Lead Arranger, Bank Mandiri juga bertindak sebagai Kreditur dengan komitmen dan net allocation sebesar 200 juta dolar AS yang merupakan jumlah alokasi terbesar diantara seluruh Bank peserta sindikasi, dimana SMBC memiliki porsi sebesar 125 juta dolar AS, BNP Paribas sebesar 75 juta dolar AS sementara kredit lainnya berasal dari beberapa bank nasional maupun asing.

Dalam transaksi ini, Bank Mandiri juga bertindak sebagai Onshore Security Agent dan Onshore USD/IDR Account Bank.

Newmont merupakan salah satu perusahaan penghasil emas dan tembaga terbesar di dunia yang didirikan di New York tahun 1916.

Saat ini Newmont telah beroperasi di 5 benua dan 8 negara seperti Indonesia, Australia, New Zealand, Ghana, Amerika Serikat, Kanada, Meksiko dan Peru.

Bank Mandiri juga terus memperkuat sinergi perbankan dalam mengoptimalkan fungsi intermediasi.

Hal tersebut ditunjukkan dengan penyaluran kredit yang mencapai Rp251,8 triliun sampai akhir Maret 2011 jumlah itu meningkat signifikan dibandingkan periode yang sama tahun 2010 yang tercatat sebesar Rp201,9 triliun.

Kredit tersebut disalurkan ke berbagai sektor oil dan gas, infrastruktur, industri kertas, industri pupuk, perkebunan dan pembangkit listrik.

(D012/B012)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011