Jakarta (ANTARA News) - Penerbitan majalah Playboy versi Indonesia diminta ditinjau kembali dan dikaji masak-masak karena keberadaan majalah yang kental dengan muatan pornografi itu bisa merusak moral bangsa Indonesia. "Sama dengan narkoba, majalah Playboy adalah bentuk lain dari teror moral yang dilakukan pihak luar terhadap bangsa Indonesia," kata Wakil Ketua Komisi I DPR, Tosari Widjaja, di Jakarta Rabu. Peredaran Playboy versi Indonesia, menurut anggota Dewan dari F-PPP ini, seperti api yang disiram bensin. "Kalau dibiarkan, masalah moral bangsa, terutama generasi muda, akan mengalami persoalan yang serius," katanya. Ia mengakui masalah yang berkait pornografi maupun pornoaksi memang sulit hilang. Sementara terbitnya Playboy versi Indonesia itu justru berpotensi menimbulkan konflik baru di masyarakat. "Sebaiknya, dalam keadaan masyarakat seperti ini, janganlah ditambah dengan konflik baru," ujarnya. Tosari minta penerbit Palyboy Indonesia, yang berinduk pada Plaboy AS, agar mempertimbangkan kembali dengan sungguh-sungguh niat untuk menerbitkan majalah seronok itu. "Kalau ingin menyumbang dunia penerbitan, hendaknya menerbitkan majalah yang lebih bermanfaat bagi masyarakat, dan bisa memberikan sumbangan terhadap pemecahan masalah bangsa," ujarnya Ia berpendapat reaksi masyarakat atas terbitnya Playboy versi Indonesia sangat wajar, karena masyarakat kita sarat dengan relegi. Ia juga berpendapat bahwa apabila penerbitan majalah Playboy versi Indonesia itu dibiayai asing, seperti pabrik ekstasi yang dibongkar Polri belum lama, kegiatan itu bisa dianggap subversif yang membahayakan moral masyarakat. Wakil Ketua Komisi I itu juga minta Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) untuk mengambil peran dan menyikapi terbitnya majalah ini. Kepada masyarakat, ia mengimbau agar berhati-hati dan tidak mudah tergiur majalah Playboy versi Indonesia yang banyak mengetengahkan perempuan-perempuan berpose seronok itu. "Saya kira ada misi tertentu di balik itu," ujarnya. (*)

Copyright © ANTARA 2006