London (ANTARA News) - Libya masih tetap sebagai tuan rumah kejuaraan Piala Bangsa Afrika kendati kerusuhan melanda negeri itu sejak adanya perlawanan terhadap kepemimpinan Kolonel Moamer Gadhafi, Februari, demikian diungkapkan Sekjen Konfederasi Sepak Bola Afrika (CAF) kepada BBC, Selasa.

Hicham El Amrani menyatakan, kendati demikian, badan sepak bola kawasan benua itu tetap membuat opsi dan pertemuan Komite Eksekutif September akan memutuskan apakah mengalihkannya atau tidak.

"Tentu saja kami memikirkan hal itu sebagai prioritas utama kami," katanya kepada BBC.

"Semua turnamen yang diadakan di Libya --tidak hanya Piala Negara Afrika tetapi juga kejuaraan futsal tahun depan, masih tetap akan diadakan di negara itu," katanya.

"Pada waktu yang bersamaan, Komite Eksekutif CAF memikirkan rencana B atau rencana C," katanya.

"Kami setuju ada batas waktu untuk menentukan apakah turnamen itu tetap diadakan di negara itu, tapi hingga saat ini turnamen Piala Negara 2013 tetap di Libya," katanya.

Libya - yang hanya menoreh sedikit sukses di level internasional, kendati keluarga Gadhafi amat fanatik di cabang olahraga itu baik di dalam negeri mau pun di luar negeri termasuk di klub raksasa Italia Juventus - sudah dicoret dari tuan rumah satu turnamen karena situasi tidak menentu di negara itu.

CAF mengalihkan Kejuaraan Afrika U20 tahun yang seharusnya diadakan pada 3 Maret dan menyelenggarakannya di Afrika Selatan.

"Ini merupakan tantangan. Ketika kami melihat tidak mungkin diadakan di negara itu, kami hanya punya waktu lima minggu untuk mencari tuan rumah lain," kata El Amrani.

"Kami gembira karena Afrika Selatan bersedia menjadia tuan rumah, mereka melakukan pekerjaan besar," katanya.

Perselisihan menyangkut orang kuat Libya itu terjadi mulai pertengahan Februari sehingga penduduk negara kaya minyak di Afrika Utara itu terpecah menjadi kelompok pro-Kadhafy yang dikontrol Barat serta kelompok pemberontak di kawasan timur.

Sejak awal perseteruan di negara itu pada 15 Februari, sekitar 10.000 sampai 15.000 orang tewas dan sekitar 925.000 orang terlantar meninggalkan kampung halaman mereka, menurut PBB.

Ribuan pekerja imigran dan penduduk asing lainnya juga sudah meninggalkan Libya.
(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011