Jakarta, (ANTARA News) - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) membantah tuduhan kalangan lembaga swadaya masyarakat (LSM) khususnya asing di luar negeri yang mencurigai kehadiran dan pembukaan perkebunan sawit telah merusak lingkungan, baik sumber mata air maupun kehidupan hewan langka. "Seluruh tuduhan itu akan dibahas secara serius dalam kongres GAPKI pada 25-26 Januari 2006, yang selain memilih pengurus baru juga membahas masalah yang muncul dari dunia internasional, karena tuduhan itu tidak benar sehingga perlu diklarifikasi," ujar Ketua Umum GAPKI Derom Bangun di Jakarta, Rabu (18/1). Ia mengatakan kalangan LSM di luar negeri mencurigai kehadiran kebun kelapa sawit yang berkembang cepat di Indonesia telah merusak lingkungan, seperti mengancam kehidupan binatang langka (gajah, harimau, dan orang utan), serta merusak sumber mata air bersih di desa-desa. Di samping itu, kata Derom, kalangan LSM itu menuduh kehadiran kebun kelapa sawit merugikan masyarakat desa karena lahan pertanian mereka dirampas para pemilik kebun. "Kalau benar lokasi (kebun kelapa sawit) tersebut merupakan hunian binatang langka yang dilindungi atau sumber mata air bersih, kebun kelapa sawit tidak perlu ada di sana, karena kami justru turut melakukan penghijauan," ujarnya. Lebih jauh Derom mengatakan pemerintah ataupun masyarakat juga harus melihat secara menyeluruh bahwa hutan yang bernilai konservasi tinggi yang di dalamnya ada binatang langka, jangan ditukar dengan perkebunan kelapa sawit. Diakuinya mungkin dulu akibat kesadaran lingkungan yang kurang ada hutan kecil yang menjadi sumber mata air beberapa desa dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit sehingga sumber mata air desa-desa itu hilang. Namun ia yakin hal itu sudah tidak terulang lagi saat ini. Menanggapi pertanyaan, mengenai gangguan asap akibat pembakaran hutan untuk perkebunan sawit, ia mengatakan asap bisa muncul dari pembakaran jerami di tengah sawah atau hutan lainnya. Namun ia memastikan jika itu benar, maka ke depan tidak akan terulang lagi. Ditambahkan Panitia Kongres Daud Darsono dan Arifin Kamdi, untuk membantah itu semua GAPKI akan membuat program kerja yang menunjukkan pada dunia bahwa perkebunan sawit justru turut dalam penghijauan dan perhatian pada kelestarian lingkungan. Dikatakan Arifin pula, kehadiran kebun kelapa sawit sangat penting bagi Indonesia karena setidaknya mampu mempekerjakan sekitar 1,5 juta orang dan menghasilkan devisa yang besar sekitar empat miliar dolar AS pada 2005 dari total nilai produksi sebesar lima miliar dolar AS. Masalah kerusakan akibat pembukaan perkebunan kelapa sawit dan antisipasi serta bantahannya sebenarnya juga telah digagas oleh kalangan produsen sawit dunia yang tergabung dalam Rountable on Sustainable Palm Oil (RSPO), namun isu lingkungan masih juga terjadi. Rencananya Kongres GAPKI pada 25-26 Januari 2006 tersebut juga akan dibuka oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara, sedangkan kongres sendiri berlangsung di Hotel Aryaduta, Jakarta.(*)

Copyright © ANTARA 2006