Jakarta (ANTARA News) - Setelah bertahun-tahun membom dan mengobrak-abrik Afghanistan, maka Amerika Serikat (AS) melancarkan pembicaraan dengan Taliban, namun tantangan utama yang dihadapi negara adidaya itu ialah menjangkau tokoh misterius bermata satu, Mullah Omar.

Menurut laporan media, Presiden Afghanistan Hamid Karzai, Sabtu (18/6), mengatakan bahwa AS dan negara asing lain mengadakan kontak dengan Taliban. Itu merupakan konfirmasi pertama mengenai keterlibatan faksi santri tersebut dalam pembicaraan setelah hampir 10 tahun pertempuran.

Amerika sebelumnya tak pernah secara terbuka mengkonfirmasi perundingan semacam itu.

Banyak diplomat mengatakan kontak tersebut masih berada pada tahap awal sekali. Namun, pernyataan Karzai memperlihatkan peningkatan pusat perhatian pada penyelesaian politik bagi perang Afghanistan, setelah gugurnya Osama bin Laden di Abbottabad, Pakistan, pada Mei dan saat pasukan tempur asing bersiap meninggal Afghanistan paling lambat 2014.

Dukungan dari pemimpin Taliban itu dipandang sangat penting bagi setiap gencatan senjata atau persetujuan pembagian kekuasaan. Amerika Serikat sendiri telah menawarkan hadiah 10 juta dolar AS di kepala Mullah Omar.

Mullah Mohammed Omar, kelahiran 1959 dari suku Pashtun, yang seringkali dirujuk dengan nama Mullah Omar, adalah pemimpin spiritual Taliban --yang beroperasi di Afghanistan.

Ia menjadi kepala negara de fakto Afghanistan dari 1996 sampai penghujung 2001, dengan gelar "Kepala Dewan Tertinggi". Ia menyandang gelar Pemimpin Keamiran Islam Afghanistan, yang secara resmi pernah diakui oleh Pakistan, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.

Kelahiran faksi Taliban pernah disebut-sebut "dibidani" oleh Amerika Serikat, Pakistan dan Arab Saudi. Sementara itu Mullah Omar telah dicari oleh Biro Penyelidikan Federal AS (FBI) sejak Oktober 2001, karena ia menerima kehadiran Osama bin Laden dan anggota Al-Qaida bertahun-tahun sebelum serangan 11 September di Amerika Serikat.

Ia diduga menetap di Pakistan dan menginstruksikan aksi perlawanan Taliban terhadap pasukan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan pemerintah Karzai di Afghanistan.

Setelah tewasnya Osama bin Laden pada Mei, maka banyak ahli menduga Mullah Omar telah berpindah tempat dengan cepat.

Dinas intelijen Afghanistan dilaporkan mengatakan tak lama setelah Osama tewas bahwa Mullah Omar telah menghilang dari tempat persembunyiannya di Quetta, Pakistan, tanpa mengatakan ke mana ia mungkin pergi.

Kendati ia menempati posisi tinggi di kancah politik dan di daftar orang yang dicari oleh FBI, tak banyak keterangan mengenai dirinya.

Beberapa gambar mengenai Mullah Omar, yang tak satu pun diduga resmi, dan satu gambar yang digunakan pada 2001 oleh banyak media, telah dipastikan sebagai tokoh lain Taliban.

Keaslian gambar yang beredar mengenai dirinya menjadi perdebatan. Selain kenyataan bahwa ia kehilangan satu matanya, gambaran mengenai fisiknya saling bertolak-belakang. Ada yang menyatakan Mullah Omar bertubuh sangat tinggi --sekitar dua meter-- sementara ada pula yang mengatakan ia adalah orang yang pemalu dan tak banyak bicara dengan orang asing.

Selama masa jabatannya sebagai Amir Afghanistan, Mullah Omar jarang meninggalkan Kandahar, Afghanistan selatan, dan lebih jarang lagi bertemu dengan orang luar. Ia mengandalkan Menteri Luar Negeri Wakil Ahmed Muttawakil untuk menangani sebagian besar urusan diplomatik.

Banyak orang, termasuk Presiden Hamid Karzai, percaya Mullah Omar dan faksi Talibannya dimanfaatkan sebagai bonek oleh Dinas Intelijen Antar-Lembaga (ISI) di Pakistan.

Tetap penting

Penulis dan pengulas Pakistan, Imtiaz Gul, mengatakan kepada AFP bahwa utusan khusus AS untuk Afghanistan, Marc Grossman, meminta bantuannya awal Juni untuk melacak keberadaan Mullah Omar.

Menurut Imtiaz, AS sedang mencari orang yang dapat membuktikan bahwa ia memiliki akses ke Mullah Omar.

"Saya kira AS menganggap Mullah Omar masih menjadi kunci bagi perdamaian Afghanistan. Seorang pejabat memberi tahu saya, `Kami tak ingin menggeser dia. Kami sangat tertarik untuk berbicara dengan dia`," kata Imtiaz kepada AFP.

Banyak pejabat Barat dan Afghanistan di Kabul memandang bantuan dari Pakistan sangat penting bagi upaya untuk merintis saluran komunikasi dengan para pemimpin Taliban.

Karzai belum lama melakukan kunjungan yang tak biasa selama dua hari ke Islamabad, Pakistan, dan meresmikan komisi perdamaian gabungan. Para pejabat Afghanistan dilaporkan sekarang percaya Pakistan, tempat pemimpin Taliban tersebut diduga berpangkalan, kian bersedia untuk membantu.

Dinamika hubungan Afghanistan-Pakistan dipandang telah berubah secara mendasar selama beberapa bulan belakangan.

Kedua negara itu sekarang dengan jelas menyatakan mereka memiliki peran untuk dimainkan dan Afghanistan menaruh harapan khusus pada Pakistan.

Salah satu harapan tersebut ialah Pakistan diharapkan secara aktif mendorong para pemimpin Taliban, termasuk Mullah Omar, untuk bergabung dalam proses perujukan nasional Afghanistan.

Namun, Taliban secara terbuka berkeras faksi cantrik itu takkan membahas perdamaian sampai semua 130.000 tentara asing meninggalkan negerinya.

Kini sekalipun Presiden Afghanistan telah mengatakan pembicaraan sudah dimulai dan apa pun status pembicaraan tersebut, kedua pihak tetap berusaha merahasiakan sesuatu yang sangat sensitif.

Dan karena situasinya diselimuti ketidakpastian, AS dan sekutunya juga berhati-hati agar tidak mengulangi kekeliruan memalukan yang menerpa upayanya untuk meluncurkan pembicaraan perdamaian dengan Taliban tahun lalu.

Pada November 2010, seorang pria yang mengaku sebagai komandan senior Afghanistan dibawa ke Kabul naik pesawat NATO untuk bertemu dengan Karzai, tapi belakangan orang itu ditolak karena ternyata ia adalah seorang penjaga toko dari Quetta.
(T.C003/A011)

Oleh Oleh Chaidar Abdullah
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011